Sunday, March 26, 2017

PADANG ARAFAH

Jika menyebut nama padang Arafah maka yang teringat pertama kali adalah ritual wukuf pada musim haji, tetapi jika merunut tahapan sejarah ternyata tidak hanya sebatas itu, ada banyak peristiwa yang terjadi di tempat itu, bahkan peristiwa yang belum terjadi namun Allah telah memberi kepastian tentang peristiwa tersebut akan terjadi di tempat itu.
Padang Arafah adalah sebuah tempat yang memiliki ritus sejarah terpanjang, penuh dengan berbagai kejadian yang menimbulkan romantisme sejarah yang agung, bahkan sejak zaman Nabi Adam keagungan sejarah itu telah dimulai.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda : "Al Hajju 'arafahu" yang artinya "Haji itu di Arafah", Ritualnya sendiri bernama wukuf, memiliki waktu yang terbatas dan khusus, tidak sembarang orang dapat melakukannya, karena ketentuannya sudah jelas, kapan harus berada di sana dan kapan harus segera meninggalkannya. Dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah sehari sebelum perayaan Idul Adha, waktunya adalah ketika matahari bergeser dari puncaknya yaitu selepas waktu dhuhur dan berakhir ketika matahari tenggelam, jelang maghrib.
Ritual wukuf ini seolah penggambaran masa-masa yang telah lalu dan masa yang akan datang, dimana rangkaian kejadian itu telah dan akan terjadi di tempat itu, dan berada di tempat itu telah mengingatkan pada keinginan untuk mengenang rangkaian kejadian-kejadian yang sudah pasti tersebut.

1. Mengenang Pengakuan Adam
   Di padang yang luas dan sunyi, ketika siang mulai menepi, semua makhluk saling mengingatkan akan kelemahannya masing-masing. Mengenang Nabi Adam, cikal bakal manusia di bumi ini, setelah diusir dari surga, ia melafadzkan seratus kali pengakuan berupa doa : "Rabbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana wa tarhamna lalakunanna minal khasirin: Ya Tuhanku, aku telah mendzalami diriku sendiri, dan bila Engkau tidak mengampuni dan memberi rahmat kepadaku, sungguh aku akan tergolong orang-orang yang merugi".
   Berjuta pasang mata memandangi langit, mengucurkan air mata, menyadari diri, menyadari akan penciftaan : "Rabbana maa khalaqta hadza batila, subhanaka fakina adzaban naar: Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau menciftakan aku dan semuanya ini tidaklah dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa adzab nan panas".

2. Mengenang perenungan Ibrahim.
    Setelah turun wahyu kepada Nabi Ibrahim untuk mengurbankan Ismail putranya, Ibrahim tidak langsung memberitahukan kepada Ismail. Berwukuf di Arafah inilah saatnya mengenang kembali saat-saat perenungan Nabi Ibrahim menerima ujian dari Allah yang begitu berat dan luar biasa. Nabi Ibrahim menimbang-nimbang, bertanya dalam hati, bermunajat dan kemudian memantapkan diri. Tanggal 9 Dzulhijjah sehari sebelum berangkat melaksanakan perintah Allah tersebut, kini diperingati, dikenang sekaligus dinapak-tilasi perenungan dan pemantapan tauhidnya.

3. Mengenang turunnya wahyu terakhir.
   Di Jabal Rahmah, di tengah padang Arafah adalah tempat pertemuan kembali Nabi Adam dan Siti hawa setelah turun ke bumi. Di tempat ini pula wahyu terakhir dari Al-Quran diturunkan pada Nabi Muhammad.
    Ketika itu Rasulullah sedang menunaikan haji terakhir yang dikenal dengan sebutan haji wada'. Pada kesempatan itu Rasulullah mengumumkan kesempurnaan agama Islam melalui Al-Quran yang telah lengkap dan sempurna isinya dan manusia diwajibkan berpegang teguh padanya. Wahyu tersebut adalah Qs Al-Maidah 3 :  "... pada hari (Arafah) ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah kuridhai Islam menjadi agamamu..". 
    Oleh karena itu pada saat wukuf di Arafah dengan waktu selepas dhuhur dan dimulai dengan mendengarkan khutbah wukuf adalah meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad dan pengkutnya yang berhaji wada' pada ke-10 Hijriyah.

4. Mengenang Mahsyar.
    Yang juga ingin dikenang di Arafah adalah peringatan terhadap awal dan akhir kehidupan. Dua kutub yang sangat berbeda dan umat Islam diingatkan akan penyatuan dua kutub yang berbeda ini berulang kali dalam Al-Quran, kutub dunia dan kutub akhirat, kutub jasmani dan kutub ruhani, kutub material dan kutup spiritual, kutub fisika dan kutub metafisika. Perayaan akbar di padang Arafah ini adalah menapak-tilasi awal kehidupan dan gladi resik untuk akhir kehidupan.
    Napak tilas pertemuan Adam dan Hawa, awal persemaian umat manusia di bumi ini. Pertemuan Adam dan Hawa adalah awal dari kutub dunia, kutub jasmani, kutub material, kutub fisika. Dan pada dimensi lain mengajak manusia untuk merasakan sebuah gladi resik dari kehidupan setelah kematian. Dalam putihnya ihram yang seragam, jutaan manusia yang berwukuf merasakan manusia yang berbangkit kembali setelah mati. Merasakan padang Mahsyar yang panas di akhirat nanti. Inilah gladi resik dari saat-saat terakhir hidup keduniaan tetapi awal dari kehidupan keakhiratan. Pertemuan seluruh manusia di padang mahsyar nanti adalah awal dari kutub akhirat, kutub ruhaniah, kutub spiritual, kutub metafisika. 
   Awal dari kehidupan keakhiratan yang dimulai dengan perjumpaan akbar di padang Mahsyar dengan ditandai dekatnya matahari hingga sejengkal dari ubun-ubun manusia sebagaimana disabdakan Nabi Muhammad, dan saat wukuf di arafah yang nyata dan panas, umat manusia yang tengah berhaji diberi kesempatan mencicipi barang sedikit keadaan ketika Allah mendekatkan matahari sejengkal dari ubun-ubun tersebut.

Dalam wukuf itu umat manusia melafadzkan pujian akan keagungan Allah Swt, disertai doa permohonan ampun. Saat mengingat awal kehidupan, umat manusia memuji Sang Pencifta dan saat mengingat akhir kehidupan umat manusia memohon ampunan atas segala dosa yang telah diperbuat.

No comments:

Post a Comment