PERJALANAN HIDUP IMAM BUKHARI


MASA KECIL

Imam Bukhari mempunyai nama lengkap Muhammad bin Ismail, ia dilahirkan di Bukhara, sebuah kawasan di Khurasan Turkistan Barat, pada tanggal 13 Syawal 194 H atau bertepatan dengan tanggal 21 Juli 810M. Ia hidup di tengah keluarga yang berilmu dan taat beragama. Ayahnya adalah seorang ulama besar ahli hadist dan ibunya adalah seorang wanita saleh. Sifat mulia kedua orangtuanya ini menurun kepada Bukhari.
Semasa kecil, Bukhari pernah terkena penyakit mata yang mengakibatkan ia buta. Ibunya sangat sedih, setiap malam ibunya bangun untuk melaksanakan shalat Tahajud. Ia berdoa kepada Allah agar anaknya dapat melihat kembali.
Pada suatu malam ibunya bermimpi didatangi Nabi Ibrahim AS "Wahai ibu, Allah telah mengembalikan penglihatan putramu, semua ini berkat doamu yang tiada henti-hentinya,"kata Nabi Ibrahim. Keesokan harinya Bukhari dapat melihat kembali seperti sediakala. Kedua orangtuanya bersyukur atas karunia tersebut. Beberapa tahun setelah peristiwa itu, ayah Bukhari meninggal dunia, ia meninggalkan harta warisan yang cukup besar, oleh sebab itu Bukhari dan kedua kakaknya Ahmad dan Rasyid hidup sejahtera di bawah asuhan ibunya.


PRIBADI YANG CERDAS

Bukhari memiliki keistimewaan dibandingkan kedua kakaknya. Ia dikenal sebagai anak yang cerdas, berpikiran tajam dan mempunyai daya hafal luar biasa terutama dalam menghafal hadis Nabi SAW. Tampaknya, kepandaian ayahnya sebagai ahli hadis menurun kepadanya. Bukhari mendatangi para ulama di negerinya untuk belajar hadis dan bertukar pikiran dengan mereka. Karena ketekunan dan kecerdasannya, Bukhari dapat menghafal ratusan bahkan ribuan hadis yang disampaikan guru-gurunya.
Kakak Bukhari yang tertua yaitu Rasyid bin Ismail bercerita tentang kepandaian adiknya itu: "Bukhari bersama beberapa murid lainnya belajar hadis kepada seorang ulama. Tidak seperti murid lainnya, Bukhari tidak pernah membawa catatan. Karena itu ia sering di ejek oleh teman-temannya. Menurut mereka, Bukhari hanya membuang-buang waktu saja karena belajar tanpa membawa buku catatan. Bukhari diam, ia tidak mau menanggapi ejekan teman-temannya. Pada suatu hari, Bukhari meminta teman-temannya mengeluarkan catatannya masing-masing. Setelah itu ia meminta mereka untuk mencocokkan hadis-hadis yang akan dibacakannya dengan hadis yang ada dalam catatan mereka. Alangkah terkejutnya mereka karena ternyata Bukhari mampu menghapal 15.000 hadis yang ada di catatan mereka".


MENYUSUN KITAB SHAHIH

Pada tahun 210 H, ketika itu Bukhari berusia 16 tahun, ia bersama ibu dan kakaknya Ahmad berangkat ke kota Mekah. Mereka berniat menunaikan ibadah haji. Setelah menunaikan ibadah haji, ibu dan kakaknya kembali ke Bukhara sedangkan Bukhari tetap tinggal di Mekah, ia ingin belajar hadis kepada para ulama di kota suci itu. Pada saat itu Mekah merupakan pusat ilmu pengetahuan di semenanjung Arabia.
Setelah dua tahun belajar hadis, salah seorang guru Bukhari yang bernama Ishaq bin Rawahaih berkata kepadanya : "hai Bukhari, alangkah baiknya jika engkau menyusun sebuah buku yang menghimpun hadis-hadis Nabi SAW yang shahih". Tekad Bukhari untuk melaksanakan nasihat gurunya itu semakin mantap setelah ia bermimpi bertemu Rasulullah.
Bukhari menceritakan mimpinya itu : " Aku seakan-akan berdiri di hadapan Rasulullah SAW sambil memegang kipas yang kugunakan untuk mengusir lalat yang mengganggu beliau. Mimpi itu kemudian aku tanyakan kepada ahli tabir mimpi. Menurut mereka, mimpi itu menjelaskan bahwa aku akan menghancurkan hadis-hadis palsu tentang Nabi SAW".
Mimpi itulah yang mendorong Bukhari untuk segera menghimpun hadis-hadis shahih. Mulailah ia menulis hadis-hadis yang sudah dihafalnya. Buku kumpulan hadis-hadis itu ia namakan kitab al-Jami' al-Sahih, artinya buku kumpulan hadis shahih. 
Bukhari memulai penulisan kitab hadis itu di Masjidil Haram, ia tidak menulis sebuah hadis pun kecuali melakukan shalat istikharah terlebih dahulu, setelah meyakini bawa hadis itu benar-benar shahih barulah ia menuliskannya. Bukhari melanjutkan penulisan kitab hadisnya itu di Masjid Nabawi di kota Madinah di dekat makam Rasulullah SAW. Ia banyak menulis hadis pada malam hari terutama pada waktu terang bulan.


MENGEMBARA

Dari kota Madinah, Bukhari mulai mengembara ke berbagai negeri untuk mencari hadis-hadis shahih. Ia melakukan penyelidikan dan pemilihan terhadap hadis-hadis yang akan ditulisnya. Untuk keperluannya itu Bukhari tinggal 6 tahun di Hijaz, daerah yang berada antara kota Mekah dan Madinah. Kemudian ia tinggal di Basrah selama 5 tahun. Setelah itu ia pergi ke Kufah dan Baghdad.
Pengembaraannya ke berbagai negeri, mempertemukan Bukhari dengan para ulama hadis. Ia menceritakan pengalamannya. "Aku menulis hadis dari 1080 ulama ahli hadis yang jujur dan adil". Di antaranya ia pernah berguru kepada Imam Ahmad bin Hanbal. 
Dari pengembaraannya ini Bukhari dapat menghafal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih. Setiap malam ia bangun dari tidurnya untuk menuliskan setiap masalah yang terlintas dalam pikirannya, setelah itu ia tidur kembali. Hal seperti bahkan terjadi sampai dua puluh kali dalam setiap malam.
Bukhari sangat teliti dalam meriwayatkan hadis. Ia tidak pernah meriwayatkan hadis dari orang-orang yang tidak ia ketahui asal-usulnya. Diceritakan bahwa Bukhari meninggalkan 10.000 hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang diragukan asal usulnya. Bukhari berkata :"Saya tidak pernah meriwayatkan sebuah hadis pun yang saya terima dari para sahabat atau tabi'in kecuali saya mengetahui tanggal kelahiran mereka, hari wafat dan tempat tinggalnya. Saya pun tidak meriwayatkan hadis sahabat atau tabi'in kecuali ada dasarnya yang saya ketahui dari kitabullah dan Sunah Rasulullah SAW".
Setiap kali ia menemukan hadis Nabi SAW yang shahih, Bukhari langsung mengamalkannya, misalnya ketika ia mendapatkan hadis yang memerintahkan untuk belajar memanah, ia langsung mengamalkannya. Ia belajar memanah sampai mahir. Hal itu dilakukannya untuk mempertahankan diri dari serangan musuh-musuh Islam. Karena jika ada panggilan jihad, ia dapat memenuhi panggilan tersebut dan menjadi orang pertama yang menghadapi musuh.


DIUJI PARA ULAMA HADIS

Saat Bukhari tinggal di kota Baghdad, para ulama hadis berkumpul untuk menguji kemampuannya. Mereka mengambil 100 hadis lalu mereka tukar-tukarkan sanad-nya (susunan nama orang yang meriwayatkan hadis ) dan matan-nya (isi/berita hadist tersebut). Matan hadis ini diberi sanad hadis lain, lalu sanad hadis lain dibuat untuk matan hadis yang lain pula. Secara bergiliran kesepuluh oranbg ulama itu mengajukan 10 hadis yang sudah diganti-ganti susunannya.
Setelah para ulama itu selesai mengemukakan hadis-hadis tersebut, Bukhari melihat kepada ulama pertama lalu berkata : "Hadis pertama yang anda kemukakan sanadnya yang benar adalah begini....,"kata Bukhari sambil membetulkan sanad hadis tersebut hingga selesai. Kemudian ia melanjutkan kepada ulama kerdua, ulama ketiga sampai pada ke ulama yang kesepuluh. Derngan sangat mengagumkan Bukhari membetulkan satu persatu hadis yang sudah diganti sanad dan matan-nya itu. Para ulama hadis itu tidak dapat berbuat apa-apa kecuali memuji dan menyatakan kekagumannya kepada Bukhari. Sejak saat itu, Bukhari diakui sebagai Imam (guru besar) dalam bidang hadis.
Ketenaran Bukhari mulai menyebar. Kemanapun ia pergi selalu dielu-elukan. Masyarakat umum terutama para pelajar mulai berdatangan untuk belajar hadis kepadanya. Murid-murid imam Bukhari yang terkenal diantaranya adalah Tirmidzi, Muhammad bin Nasr, Ibnu Hazim, Imam Muslim, Ibnu Abu Dawud dan Nasai.


DIFITNAH

Pada tahun 250 H Imam Bukharti mengunjungi Naisabur, kedatangannya disambut gembira oleh penduduk setempat juga oleh gurunya yang bernama al-Zihli. Imam Muslim menceritakan kedatangan Imam Bukhari ke kota itu sebagai berikut : "Ketika Imam Bukhari datang, aku belum pernah melihat seorang kepala daerah, para ulama dan penduduk Naisabur memberi sambutan seperti yang mereka berikan kepada Imam Bukhari. Mereka menyambut kedatangannya di luar kota sejauh dua atau tiga marhalah". Selama tinggal di kota ini kaum muslim berbondong-bondong menemui Bukhari untuk belajar hadis.
Namun cobaan itu datang, bahwa setiap orang yang mendapat kesuksesan selalu tidak lepas dari orang yang iri hati dan dengki kepadanya, pun begitu pula terhadap Imam Bukhari, ada orang-orang yang merasa iri kepadanya. Mereka lalu memfitnahnya dengan mengatakan bahwa Imam Bukhari mengatakan kalau Al Quran adalah makhluk. Fitnah itu menimbulkan kemarahan dan kebencian gurunya sendiri yaitu al-Zihli. Al Zihli berkata : "Barangsiapa mengatakan bahwa Al Quran adalah makhluk, ia adalah ahli bid'ah, ia tidak boleh diajak bicara dan majelisnya pun tidak boleh didatangi". Karena Fatwa al Zihli ini, semua murid Imam Bukhari meninggalkannya kecuali Imam Muslim dan Ahmad bin Salamah. Mereka berdua tahu bahwa Imam Bukhari tidak bersalah.
Seorang laki-laki kemudian bertanya kepada Imam Bukhari : "Bagaimana menurut pendapat anda sebenarnya, apakah Al Quran itu memang makhluk atau bukan?"
Imam Bukhari menjawab :" Al Quran adalah kalamullah (kumpulan firman-firman Allah) bukan  makhluk Allah. Barangsiapa menuduhku berpendapat bahwa lafadz-lafadz Alquran itu adalah makhluk, ia telah berdusta".
Dengan jawaban ini, tahulah orang itu bahwa berita yang tersebar saat itu merupakan fitnah kepada Imam Bukhari. Namun al-Zihli benar-benar telah terhasut oleh berita fitnah yang disebarkan orang-orang yang membenci Bukhari, ia kemudian mengusir Imam Bukhari dari Naisabur :"Bukhari tidak boleh tinggal di negeriku ini!".
Imam Bukhari akhirnya memutuskan pergi meninggalkan Naisabur demi menjaga nama baiknya.


KEMBALI KE KAMPUNG HALAMAN

Dari Naisabur, Imam Bukhari kembali ke kampung halamannya sendiri, Bukhara. Saat itu usianya sudah menginjak 56 tahun. Kedatangannya di sambut meriah oleh seluruh penduduk Bukhara. Mereka mendirikan kemah-kemah di luar kota untuk menyambut ulama ahli hadis kebanggaan mereka. Sejak kembali ke kampung halamannya, Imam Bukhari mengadakan majelis-majelis pengajaran hadis Nabi SAW.
Perawakan Imam bukhari adalah kurus dengan badan sedang dan berkulit agak kecoklatan, ia tidak pernah makan banyak. Ia seorang yang pemalu namun ramah, dermawan, menjauhi kesenangan dunia dan mencintai akhirat. Ia banyak bersedekah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan terutama untuk kepentingan pendidikan dan para pelajar. Kepada para pelajar yang membutuhkan biaya, Imam Bukhari sering memberikan bantuan dana yang cukup besar. Menurutnya apa yang ia sedekahkan akan abadi di sisi Allah SWT.
Namun ketentraman Imam Bukhari di kampung halamannya tidak berlangsung lama. Pada suatu hari Gurbenur Bukhara, Khalid bin Ahmad mengirim seorang utusan kepadanya. Utusan itu menyampaikan pesan bahwa sang gubernur meminta Imam Bukhari datang untuk mengajar hadis. Imam Bukhari dengan tegas menolak permintaan itu, ia menyampaikan pesan kepada utusan gubernur itu :"Aku tidak akan merendahkan ilmu, khususnya ilmu hadis dengan membawanya ke pintu sang gubernur. Jika ia memang membutuhkannya ia harus mencarinya kemari. Aku tidak dapat menelantarkan ribuan muridku hanya karena mengajar gubernur dan keluarganya. Jika dia tetap bersikeras dan mempersulit diriku, aku akan mengadu kepada Allah pada hari pembalasan nanti bahwa aku terhenti menyebarkan ilmu disebabkan oleh kelakuan sang Gubernur".
Mendapat jawabab seperti itu Khalid bin Ahmad marah, ia mengusir Imam Bukhari dari kampung halamannya. Perlakuan sang gubernur zalim ini segera meluas ke daerah-daerah yang tidak jauh dari Bukhara seperti Samarkand. Masyarakat Samarkand segera mengirim utusan meminta Imam Bukhari agar tinggal di desa mereka. Dengan senang hati Imam Bukhari memenuhi permintaan mereka. Berangkatlah ia menuju Samarkand.
Di tengah perjalanan Imam Bukhari berdoa kepada Allah agar Khalid bin Ahmad di beri peringatan atas perbuatannya yang zalim itu. Doa orang dizalimi adalah makbul (dikabulkan Allah). Belum genap sebulan setelah peristiwa itu, Khalid bin Ahmad masuk penjara setelah sebelumnya dipermalukan di depan umum dengan menunggang keledai betina.


WAFAT

Sebelum sampai ke Samarkand, Imam Bukhari singgah dulu di desa Khartand, sebuah desa kecil sebelum kota Samarkand. Ia mengunjungi beberapa orang kaum kerabatnya yang tinggal di desa itu. Namun baru beberapa hari tinggal di desa itu, Imam Bukhari jatuh sakit hingga menemui ajalnya. Ia wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H atau bertepatan dengan tanggal 31 Agustus tahun 870 M dalam usia 62 tahun. Sebelum meninggal, ia berpesan agar jenazahnya dikafani dengan tiga helai kain tanpa baju dalam dan tidak memakai sorban. Pesan itu dilaksanakan oleh kaum kerabatnya. Jenazahnya dikebumikan selepas shalat dhuhur pada hari raya Idul Fitri. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan keridhaan padanya.
Imam Bukhari meninggalkan warisan berharga bagi kaum Muslim yaitu buku-buku tafsir Al Quran dan hadis Nabi SAW. Diantara bukunya yang tetap abadi dan termasyur sampai sekarang adalah kitab al-Jami al-Shahih yang lebih dikenal dengan nama Shahih Bukhari. Buku ini berisi kumpulan hadis-hadis sahih Nabi SAW sebanyak 9082 hadis. Kitab hadis yang ditulis Imam Bukhari selama 16 tahun itu dianggap sebagai kitab kumpulan hadis terbaik.

(Diambil dari berbagai sumber)


No comments:

Post a Comment