Monday, March 20, 2017

AKHLAK MASYARAKAT JAHILIYAH

Kebaikan yang berupa akhlak mulia merupakan landasan dan modal utama dalam menata kehidupan umat manusia. Akhlak mulia sangat mudah dikatakan namun tidak mudah dipilih untuk dilakukan, berakhlak mulia itu sungguh berat karena harus mau berbuat sesuatu untuk kesenangan orang lain, diperlukan pengorbanan lahir dan batin demi hal tersebut. Hanya orang yang sadar akan balasan Allah yang mau berkorban untuk sesama.
Masyarakat jahiliyah di zaman Rasulullah adalah masyarakat yang luar biasa buruk akhlaknya, oleh sebab itu Nabi muhammad diutus ke tengah mereka yaitu untuk meluruskan sekaligus menata akidah dan akhlak mereka. Masyarakat jahiliyah bukannya tidak bisa membedakan mana yang baik dan yang buruk, mereka tahu bahwa berbuat curang itu jelek dan jujur itu baik, kejam itu jelek dan sabar itu baik. Kendati akal dan perasaan dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk tapi kekuatan nafsu telah membawa mereka berbuat sesuatu yang menguntungkan diri sendiri walaupun merugikan orang lain. 
Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kekayaan, masyarakat jahiliyah bertransaksi dagang dengan melakukan kecurangan timbangan. Begitu merebaknya kecurangan ini hingga Allah memperingatkan agar kegitan semacam ini dihentikan (Qs Al-Muthaffifin 1-6). Sebernarnya mereka mengerti bahwa kecurangan itu tidak baik karena merugikan pihak lain. Tapi karena berbuat curang itu diyakini sebagai jalan pintas meningkatkan penghasilan, mereka terus melakukan itu.
Masyarakat jahiliyah menyadari bahwa saling menolong dan menjaga persaudaraan serta keutuhan masyarakat itu diperlukan karena hidup sendirian tidak mungkin. Masyarakat Arab dikenal dermawan, apalagi kalau mendapat pujian, kedemawanannya semakin bertambah. Hanya kemudian mereka melakukannya sebatas untuk kelompoknya saja, kelompok lain dianggap sebagai musuh. Bila anggota kelompoknya dianiya atau dibunuh, mereka akan melakukan pembalasan yang lebih besar. Kata maaf tidak berlaku diantara mereka, oleh sebab itu permusuhan antar suku berlaku berkepanjangan.
Kemudian ketika Rasulullah berhasil mengibarkan panji-panji Islam di semua tempat, beliau masih harus berhadapan dengan orang-orang munafik. Inti dari kejiwaan orang-orang munafik adalah selalu berbeda antara yang diomongkan dengan yang dipikirkan dan diperbuat. Ketika mereka hendak membangun, sebenarnya mereka hendak merusak, ketika mereka mengajak menjaga keutuhan dan kebersamaan, sebenarnya mereka ingin menciftakan pertikaian. Mereka selalu berkebalikan dalam perbuatan dan kehendak. Rasulullah mengalami kesulitan menghadapi masyarakat yang rusak akhlaknya seperti ini.
Dalam ajaran Islam, berjuang membangun masyarakat dari jahiliyah menuju masyarakat berperadaban harus dilandasi kemulian akhlak. Begitu pentingnya akhlak ini sehingga rasulullah menyatakan dalam hadisnya : "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak".

No comments:

Post a Comment