Tuesday, March 14, 2017

KEILMUAN DALAM BERAGAMA

Begitu banyak umat Islam yang tidak meyakini seutuhnya kemurnian agama Allah, dalam hal ini Islam dan mengabaikan syariat-Nya serta semakin lemah konsentrasinya terhadap pelajaran dan nilai-nilai ke-Islaman karena adanya anggapan bahwa agama adalah semu dan tidak menjadi prioritas bagi masa depan mereka. Sungguh seandainya bila mau lebih teliti lagi maka cukuplah Allah dan Rasul-Nya saja yang menjadi sumber segala ilmu bagi segala aktivitas kehidupan ini. 
Al-Quran di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa yang terjadi jauh sebelum manusia diciftakan hingga peristiwa yang akan datang dan terus menerus terbukti kebenarannya dari zaman ke zaman. Al-Quran adalah satu-satunya yang bisa dijadikan sumber hukum yang adil. Demikian pula dengan hadis-hadis yang bersumber dari Rasulullah menjelaskan segala sesuatu yang tidak tercantum secara khusus dalam Al-Quran dan sebagian lainnya menafsirkan ayat-ayat yang terkandung Al-Quran.
Setiap muslim dituntut untuk memiliki ilmu tentang ke-Islamannya agar pantas mendapat gelar mukmin. Meskipun ilmu bukan sesuatu yang mudah dalam mencapainya, karena betapa banyak umat Islam yang terhambat dan terhenti hanya karena menghadapi musibah ekonomi, bencana alam, kriminal, dll. Diperlukan kesabaran untuk terus menuntutnya. 
Dengan adanya ilmu, baik itu ilmu keduniaan pada umumnya dan ilmu agama pada khususnya maka akan terjadi pembuktian dan timbul keyakinan bahwa segala sesuatu tidak terjadi sendirinya, melainkan ada yang Maha Menciftakan dan Maha Mengatur. Dengan keyakinan inilah iman menjadi mantap, jiwa dan pikiran menjadi tunduk, dan amal-amal menjadi tulus dan penuh pengabdian kepada Allah. Barulah seorang muslim akan menyadari bahwa Islam secara keseluruhan adalah benar dan sempurna.
Alangkah buruknya pernyataan ke-Islaman seseorang kalau tidak disertai keimanan yang dilandasi ilmu yang benar sebagaimana yang diharapkan Allah dan rasulnya, mereka ini termasuk orang yang merugi di akhirat kelak. Allah berfirman dalam Qs An-Nissa 59 : "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya".
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa lunturnya keimanan bermula karena umat Islam tidak taat pada aturan Islam dan lebih mementingkan urusan dunia. Sehingga bukan lagi Al-Quran dan hadis Nabi yang merubah pola pikirnya, tetapi justru pola pikir mereka yang merubah Al-Quran dan hadis menurut hawa nafsu. Maka tak jarang mayoritas umat menjadi terbelakang dalam hal pengetahuan. Tentu tidak layak manusia yang serba lemah menjadi orang yang terlaknat Allah karena sesuatu yang mengakibatkan turunnya kualitas iman. 
Umair bin Jubaib menegaskan : "Yaitu bila kita mengingat-Nya (Allah) dan memiliki rasa takut kepada-Nya, maka itulah (tanda) bertambahnya iman dan apabila kita lalai dan lupa kepada-Nya atau mengabaikan-Nya, maka itulah berkurangnya iman." (Kitab Mushnaf Ibnu Abi Syaibah). 

No comments:

Post a Comment