Perilaku jujur merupakan sifat dasar manusia yang sangat penting untuk dimiliki, sebegitu pentingnya hingga Allah menerangkannya dalam Al Quran tidak kurang dari 156 ayat. Hadis Rasul pun banyak yang mengupas sifat ini.
Al Quran menghubungkan perilaku jujur ini dengan keakhiratan secara langsung, hal ini menunjukkan bahwasanya sifat jujur sangat ditekankan dalam tampilan kehidupan setiap individu muslim. Pahalanya tidak sekedar manfaat keduniawian, melainkan pahala keakhiratan pula.
Allah berfirman dalam Qs Al-Maidah 119 : "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar berkat kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka juga ridha kepada-Nya. Itulah keberuntungan yang sangat besar".
Allah berfirman dalam Qs Al-Maidah 119 : "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar berkat kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka juga ridha kepada-Nya. Itulah keberuntungan yang sangat besar".
Di dalam Al Quran, orang-orang yang selalu menghiasi hidupnya dengan perilaku jujur disebut dengan siddiq. Ada tiga nabi yang secara langsung disebut dengan gelar siddiq ini, yaitu Nabi Yusuf (QS Yusuf 41), Nabi Ibrahim (QS Maryam 41), dan Nabi Idris (Qs Maryam 56). Contoh dari ketiga nabi ini adalah sebagai penegaskan bahwa sifat para nabi adalah jujur.
Kejujuran akan menghasilkan banyak ketenteraman dikarenakan dalam kejujuran itu terkandung empati yaitu sebuah sifat yang dapat merasakan sesuatu perasaan (kesedihan) dari orang lain. Dengan hadirnya empati ini, sifat keakuan atau egois akan menghilang, digantikan oleh sifat kebersamaan dan tenggang rasa. Kemudian setiap orang menjadi lebih pandai untuk saling menahan diri, terutama terhadap sifat-sifat yang merusak dan merugikan. Apabila keadaan ini berhasil diciftakan, maka ketenteraman akan muncul ke permukaan dan menghiasi kehidupan dan dunia pun akan menjadi tempat yang menyenangkan.
Selain kata siddiq, adapula kata shadiq, keduanya sama-sama mengandung arti orang yang jujur, hanya yang menjadi perbedaannya adalah shadiq berlaku untuk orang jujur yang masih berada pada taraf rata rata, sedangkan siddiq berlaku untuk orang jujur yang bersifat total, dalam artian keseluruhan dan keutuhan hidupnya hanya dipersembahkan demi memenuhi hasrat kejujuran yang selalu dihayatinya.
Di jaman Rasulullah, ada seorang sahabat yang berhasil mendapat derajat siddiq ini, yaitu Abu Bakar, hal ini dikarenakan Abu Bakar secara total membenarkan kenabian Muhammad walaupun keadaan saat itu sangat genting dan mengancam jiwanya
Rasulullah bersabda : "Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan mengantarkan ke surga. Demikianlah apabila seseorang hamba Allah membiasakan jujur dan senantiasa cenderung berlaku jujur, maka akhirnya akan dicatat di sisi Allah sebagai orang shiddiq." (Bukhari-Muslim). Dalam hadis ini Rasul menerangkan bahwa setiap individu muslim diharapkan berusaha keras menjadi orang-orang yang siddiq, bukan sekedar orang shadiq.
No comments:
Post a Comment