Takwa yang penuh kenikmatan dengan keutamaan-keutamaannya mempunyai jalan yang penuh dengan rintangan dan hambatan untuk mencapainya, tapi ini sudah menjadi sunatullah bahwa setiap kesuksesan dan prestasi harus dibayar mahal, sebagaimana Rasulullah ketika menyebarkan ajaran agama Islam beliau banyak mengalami rintangan dan hambatan.
Untuk meniti jalan takwa ada beberapa cara yang bisa ditempuh:
A. Mu'ahadah
Yaitu senantisa mengingat perjanjian dengan Allah, bahwa kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk selalu mengabdi dan beribadah padanya. Kita sudah bersyahadat, bahwa "Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul/utusanNya". Kita berjanji di dalam 17 rakaat shalat kita bahwa "Iyyaka na'budu wa iyyaka na ta'iin" (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan), kemudian di dalam shalat pula kita membaca "Inna shalati wanusuki wa mahyaaya wa mamaati lillahi rabbil 'aalamien" yaitu sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanyalah untuk mengapai keridahaan Allah.
Yaitu senantisa mengingat perjanjian dengan Allah, bahwa kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk selalu mengabdi dan beribadah padanya. Kita sudah bersyahadat, bahwa "Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul/utusanNya". Kita berjanji di dalam 17 rakaat shalat kita bahwa "Iyyaka na'budu wa iyyaka na ta'iin" (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan), kemudian di dalam shalat pula kita membaca "Inna shalati wanusuki wa mahyaaya wa mamaati lillahi rabbil 'aalamien" yaitu sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanyalah untuk mengapai keridahaan Allah.
B. Muraqobah
Yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah dalam artian selalu merasakan bahwa Allah selalu mengawasi kita di manapun kita berada. Allah senantiasa bersama kita, mencatat setiap amalan kita di Lauh Mahfudz. Merasakan pengawasan Allah akan membangun kepekaan hati untuk selalu taat kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
Yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah dalam artian selalu merasakan bahwa Allah selalu mengawasi kita di manapun kita berada. Allah senantiasa bersama kita, mencatat setiap amalan kita di Lauh Mahfudz. Merasakan pengawasan Allah akan membangun kepekaan hati untuk selalu taat kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.
C. Muhasabah
Yaitu selalu menghisab atau menghitung amal-amal yang telah kita kerjakan, lebih banyak mana antara amal shalih dan amal jelek. Sudah siapkah kita menghadap Allah dengan bekal yang kita miliki? Sudahkah kita yakin kita akan selamat dari adzab Allah? Kita juga harus menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, oleh sebab itu kita harus selalu muhasabah atau mengoreksi diri sudah berapa bekal yang kita siapkan untuk mengahadapi hari kematian.
Yaitu selalu menghisab atau menghitung amal-amal yang telah kita kerjakan, lebih banyak mana antara amal shalih dan amal jelek. Sudah siapkah kita menghadap Allah dengan bekal yang kita miliki? Sudahkah kita yakin kita akan selamat dari adzab Allah? Kita juga harus menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, oleh sebab itu kita harus selalu muhasabah atau mengoreksi diri sudah berapa bekal yang kita siapkan untuk mengahadapi hari kematian.
D. Mu'aqodah
Yaitu senantiasa memberikan sanksi atau hukuman terhadap diri sendiri apabila melakukan kesalahan atau lalai dari ketaatan kepada Allah. Mu'aqodah ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari misalnya apabila kita lupa untuk berbuat baik hari ini, kita menggantinya dengan amal shalih. Misalnya kita terlambat melaksanakan shalat berjamaah, kita menggantinya dengan memperbanyak sholat sunat.
Yaitu senantiasa memberikan sanksi atau hukuman terhadap diri sendiri apabila melakukan kesalahan atau lalai dari ketaatan kepada Allah. Mu'aqodah ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari misalnya apabila kita lupa untuk berbuat baik hari ini, kita menggantinya dengan amal shalih. Misalnya kita terlambat melaksanakan shalat berjamaah, kita menggantinya dengan memperbanyak sholat sunat.
E. Mujahadah
Yaitu selalu bersungguh-sungguh dalam setiap amal shalih walaupun itu kecil saja, Karena kesuksesan besar itu berasal dari hal kecil. Ketika hal kecil saja tidak mampu kita lakukan bagaimana bisa meraih hal besar. Kesungguhan dalam beramal, bekerja, beribadah merupakan bukti keimanan seorang mukmin. Kesungguhan dalam melakukan segala amal shalih menunjukan bahwa orang mukmin adalah orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi.
Yaitu selalu bersungguh-sungguh dalam setiap amal shalih walaupun itu kecil saja, Karena kesuksesan besar itu berasal dari hal kecil. Ketika hal kecil saja tidak mampu kita lakukan bagaimana bisa meraih hal besar. Kesungguhan dalam beramal, bekerja, beribadah merupakan bukti keimanan seorang mukmin. Kesungguhan dalam melakukan segala amal shalih menunjukan bahwa orang mukmin adalah orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi.
Ketika seorang mukmin selalu Mu'ahadah, Muraqobah, Mu'aqobah, Muhasabah dan Mujahadah di setiap harinya, Insya Allah akan mendapat kenikmatan Iman dan meraih derajat takwa, derajat yang penuh kemuliaan di sisi Allah.
No comments:
Post a Comment