Monday, February 27, 2017

MENDIDIK HATI

Hati terdiri dalam dua pengertian, yang pertama adalah hati yang berbentuk lahir, berada dalam tubuh kita dan merupakan salah satu organ penting, namun ada perbedaan dalam penunjukan tempatnya hati ini, sebagian mengatakan hati itu adalah jantung, sebagian lagi mengatakan hati itu adalah lever. 
Rasulullah bersabda : "Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia itu terdapat segumpal daging (mulghah). Bila segumpal daging itu bersih maka bersihlah seluruh tubuh. Dan bila segumpal daging itu rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah kalbu".
Pengertian yang kedua adalah hati yang tidak berbentuk kebendaan, ia berada di dalam tubuh manusia tetapi tidak kasat mata dan kita hanya bisa merasakannya saja, oleh karenanya hakikat dari hati atau kalbu yang semacam ini adalah ruhaniah. 
Hati atau kalbu cenderung berubah-rubah tergantung pada kekuatan jiwa yang menggerakkannya. Sementara itu jiwa memiliki dua sifat yang berkebalikan, yaitu sifat baik (muttaqa) dan sifat buruk( fuzara). Jika jiwa disucikan maka hati (kalbu)nya akan suci dan beruntunglah si empunya, sebaliknya jika jiwa dikotori maka kalbunya akan kotor dan merugilah dia.
Hati itu tempat tumbuh dan berseminya iman sebagaimana ditegaskan Allah dalam Qs Al-Mujadilah 22 : "Mereka adalah orang-orang yang Allah tuliskan keimanan dalam hati mereka". Iman memiliki arti meyakini dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, melakukan dengan perbuatan. Namun iman sendiri sebagaimana hati, ia tidak bersifat tetap, ia seringkali berubah-ubah pula seiring dengan ketaatan dan keingkaran pelakunya. Jika kadar keimanan seseorang sedang naik, iman mejadikan tenang hatinya dan ia berpotensi beribadah dengan sebaik-baiknya. Namun ketika keimanan seseorang itu kadarnya turun, ia akan menderita penyakit malas dan akibatnya ia sanggup meninggalkan ibadah. Namun hati sesungguhnya selalu mengarah pada kebenaran, ia dengan nalurinya bersedia menerima segala pengetahuan, baik itu pengetahuan yang bersumber dari akal maupun agama, oleh sebab itu hati harus di didik agar selalu mengarah pada kebaikan sehingga iman pun memiliki ketetapan dan tidak selalu berubah-ubah. 
Mendidik hati berarti membuatnya melakukan pembebasan dari nafsu yang serba buruk dan membuatnya belajar meraih jiwa yang sarat dengan keutamaan. Mendidik hati berarti melakukan proses ruhaniah dengan selalu menyucikan jiwanya dan menjaganya sepanjang waktu agar tidak lagi terkotori.
Namun adakalanya manusia merasa telah mendidik hatinya dengan benar, ia berkeyakinan telah memiliki hati yang sempurna dari nafsu kotor, bahkan ia telah melaksanakan ibadah dengan sempurna pula, kelanjutan dari semua itu pada akhirnya membuatnya merasa paling ber-Islam, beriman dan bertakwa lebih daripada orang lain. Kedalaman ilmu yang dimilikinya membuatnya merasa paling benar, sehingga ia tidak membutuhkan ilmu-ilmu baru, hatinya tertutup untuk nasihat-nasihat, bahkan sebaliknya merasa tidak perlu dinasehati lagi karena ia adalah orang yang sudah tahu segalanya. Sikap-sikap semacam itulah yang sering menjebak manusia pada keislaman yang dangkal, dimana perkataan, hati dan perbuatan jadi tidak sejalan lagi. Namun seperti itulah manusia yang merasa paling berilmu, semakin tinggi klaim keilmuan-nya semakin dalam ia terjebak dalam ketakaburan. Ia tidak menyadari hatinya yang sudah terdidik itu perlahan-lahan menuju kebutaannya dan dipenuhi oleh nafsu kotor kembali.

Sunday, February 26, 2017

PERILAKU JUJUR


Perilaku jujur merupakan sifat dasar manusia yang sangat penting untuk dimiliki, sebegitu pentingnya hingga Allah menerangkannya dalam Al Quran tidak kurang dari 156 ayat. Hadis Rasul pun banyak yang mengupas sifat ini.
Al Quran menghubungkan perilaku jujur ini dengan keakhiratan secara langsung, hal ini menunjukkan bahwasanya sifat jujur sangat ditekankan dalam tampilan kehidupan setiap individu muslim. Pahalanya tidak sekedar manfaat keduniawian, melainkan pahala keakhiratan pula.
Allah berfirman dalam Qs Al-Maidah 119 : "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar berkat kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai ; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka juga ridha kepada-Nya. Itulah keberuntungan yang sangat besar".
Di dalam Al Quran, orang-orang yang selalu menghiasi hidupnya dengan perilaku jujur disebut dengan siddiq. Ada tiga nabi yang secara langsung disebut dengan gelar siddiq ini, yaitu Nabi Yusuf (QS Yusuf 41), Nabi Ibrahim (QS Maryam 41), dan Nabi Idris (Qs Maryam 56). Contoh dari ketiga nabi ini adalah sebagai penegaskan bahwa sifat para nabi adalah jujur.
Kejujuran akan menghasilkan banyak ketenteraman dikarenakan dalam kejujuran itu terkandung empati yaitu sebuah sifat yang dapat merasakan sesuatu perasaan (kesedihan) dari orang lain. Dengan hadirnya empati ini, sifat keakuan atau egois akan menghilang, digantikan oleh sifat kebersamaan dan tenggang rasa. Kemudian setiap orang menjadi lebih pandai untuk saling menahan diri, terutama terhadap sifat-sifat yang merusak dan merugikan. Apabila keadaan ini berhasil diciftakan, maka ketenteraman akan muncul ke permukaan dan menghiasi kehidupan dan dunia pun akan menjadi tempat yang menyenangkan.
Selain kata siddiq, adapula kata shadiq, keduanya sama-sama mengandung arti orang yang jujur, hanya yang menjadi perbedaannya adalah shadiq berlaku untuk orang jujur yang masih berada pada taraf rata rata, sedangkan siddiq berlaku untuk orang jujur yang bersifat total, dalam artian keseluruhan dan keutuhan hidupnya hanya dipersembahkan demi memenuhi hasrat kejujuran yang selalu dihayatinya. 
Di jaman Rasulullah, ada seorang sahabat yang berhasil mendapat derajat siddiq ini, yaitu Abu Bakar, hal ini dikarenakan Abu Bakar secara total membenarkan kenabian Muhammad walaupun keadaan saat itu sangat genting dan mengancam jiwanya
Rasulullah bersabda : "Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran itu mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan mengantarkan ke surga. Demikianlah apabila seseorang hamba Allah membiasakan jujur dan senantiasa cenderung berlaku jujur, maka akhirnya akan dicatat di sisi Allah sebagai orang shiddiq." (Bukhari-Muslim). Dalam hadis ini Rasul menerangkan bahwa setiap individu muslim diharapkan berusaha keras menjadi orang-orang yang siddiq, bukan sekedar orang shadiq.

Saturday, February 25, 2017

RIYA

Riya atau dengan kata lain pamer mengandung arti memperlihatkan atau memamerkan segala bentuk perbuatan baik, baik itu berupa amal, ibadah atau prestasi kita kepada orang lain dengan tujuan untuk mendapat pujian dan penghargaan orang. 
Riya adalah perbuatan hati yang tercela, bahkan Riya dianggap sebagai syirik kecil. Begitu tercelanya hingga Allah melaknat orang-orang yang berbuat riya tersebut sebagaimana termaktub dalam Qs Al-Maun 4-6 : "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat Riya".
Suatu amal ibadah yang dilakukan dengan riya, niatnya ada dua, pertama ia melakukan ibadah untuk Allah dan kedua ia melakukan ibadah tersebut untuk selain Allah. Misalnya ketika seseorang mendirikan shalat dengan niat karena Allah, tetapi karena di sekelilingnya banyak orang, ia melakukan shalat itu agar mendapat pujian orang-orang pula. Atau ketika seseorang memberi infak kepada fakir miskin dengan niat karena Allah, tetapi disamping itu ia ingin pula di sebut dan di puji sebagai orang yang dermawan. Dari sisi inilah riya disebut sebagai syirik kecil, karena orang yang melakukannya telah menyekutukan Allah dengan selain-Nya dalam amal ibadah tersebut.
Semua perbuatan itu tergantung niat, sebagaimana hadis Rasul yang berbunyi : "Sesungguhnya semua perbuatan itu tergantung kepada niat, dan bagi seseorang itu apa yang diniatkan. Barang siapa hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya itu untuk dunia supaya ia mendapatkannya, maka hijrahnya itu sesuai dengan tujuan hijrahnya itu." (Bukhari-Muslim). 
Dan niat yang selurus-lurusnya adalah niat yang ikhlas yang artinya melakukan amal ibadah hanya semata-mata karena dan untuk Allah. Meninggalkan suatu amal karena orang itu adalah riya, melakukan suatu amal karena orang itu adalah syirik dan ikhlas adalah jika Allah menghindarkanmu dari keduanya. Ikhlas itu adalah rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya. Ia tidak diketahui malaikat sehingga ia menuliskannya, tidak diketahui setan sehingga ia merusakkannya, dan tidak diketahui hawa nafsu sehingga ia mengaturnya.

Thursday, February 23, 2017

SABAR

Kata sabar mengandung multi makna. Menurut bahasa Arab kata sabar (shabr) bermakna tabah hati dari segala cobaan dan ujian yang menimpa. Kata sabar dapat pula bermakna "menahan" artinya menahan diri dari perbuatan yang dilarang Allah, seperti perbuatan maksiat dan sebagainya. Sedangkan kata sabar menurut istilah adalah sikap tabah dan menerima dengan ikhlas segala cobaan yang menimpa, menahan diri dari sikap emosi dan putus asa.
Dari berbagai makna tersebut dapat ditegaskan bahwa sabar bersifat aktif dan dinamis. Dengan demikian sabar bukanlah seperti yang dipahami oleh sebagian masyarakat selama ini, yaitu menerima saja cobaan yang menimpa dirinya, tanpa ada keinginan mencari tahu mengenai apa yang menjadi penyebabnya dan tidak adanya usaha untuk melakukan perbaikan terhadap apa yang sedang menimpa.
Sabar sangat mudah diucapkan tetapi sulit dilaksanakan kecuali untuk orang-orang tertentu. Allah berfirman dalam Qs Al-Baqarah 45: "Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk". 
Dan dalam Qs Al-baqarah 153: "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar".
Penerapan sikap sabar dibagi menjadi lima hal:
1. Sabar dalam menjalankan segala perintah Allah
   Menjalankan perintah Allah atau menjalankan ibadah tidaklah ringan, terutama bagi mereka yang kurang memahami dan menghayati hakikat ibadah dan hakikat dirinya, juga bagi mereka yang masih sibuk dengan urusan dunia, tentu akan terasa berat. Dan tantangan bagi orang yang menjalankan perintah atau beribadah banyak halangannya, baik dari dalam dirinya maupun luar dirinya. Maka untuk menjalankan perintah dan ibadah yang baik dan ikhlas perlu kesabaran yang terus menerus.
2. Sabar dalam meninggalkan maksiat
  Kecenderungan manusia untuk berbuat maksiat adalah sangat kuat, sedangkan godaan-godaan untuk berbuat maksiat sangat kuat, maka tanpa kesabaran dalam berusaha meninggalkan maksiat tersebut, akan terasa sulit maksiat itu ditinggalkan.
3. Sabar dalam menghindari godaan dunia
   Dunia merupakan permainan yang penuh tipu daya, hiasannya sangat memesona sehingga manusia dapat terpengaruh olehnya. Menghindari godaan dunia artinya kita jangan sampai di perbudak dunia. Bersabarlah dalam menghadapi godaan dunia, kejarlah dunia dan kuasailah untuk sarana mengabdi kepada Allah.
4. Sabar dalam menghadapi musibah
   Musibah yang menimpa ada dua macam, pertama musibah yang datangnya dari Allah seperti kematian dan yang kedua adalah musibah yang disebabkan ulah manusia itu sendiri. Tetapi semuanya itu merupakan ujian untuk kualitas keimanan kita, oleh karena itu terimalah musibah itu dengan ikhlas dan penuh kesabaran  dan bertawakkal. Ciri-ciri orang yang sabar adalah bila ia ditimpa musibah ia akan mengucapan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (Qs Al Baqarah 156).
5. Sabar dalam berjihad
   Jihad tidak selalu berarti pergi berperang, tetapi bisa berarti pula bersungguh-sungguh, yaitu bersungguh-sungguh dalam menghadapi musuh. Musuh di sini bisa berarti musuh yang berada dalam diri kita, seperti hawa nafsu jahat, sifat malas, kebodohan, dll. Juga musuh disini bisa berarti yang berada di luar diri kita seperti berbuat maksiat. Maka dibutuhkan kesabaran yang sepenuhnya dalam mengahadapi berbagai musuh tersebut karena musuh-musuh tersebut dapat mengikis keimanan kita dan menjauhkan kita dari peribadahan kepada Allah.
   

Wednesday, February 22, 2017

6 SIFAT SAHABAT NABI

Agama Islam adalah agama yang paling sempurna, Allah meletakkan kejayaan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat hanya pada agama ini, maka dari itu Allah telah membekali manusia kekuatan untuk mengamalkan agama yang paling sempurna ini dengan sempurna pula. Lalu bagaimana caranya agar kita dapat mengamalkan agama dengan sempurna? 
Di jaman Nabi, para sahabat beliau  telah mengamalkan agama secara sempurna, hal itu dikarenakan mereka memiliki 6 sifat:
1. Meyakini dua kalimat syahadat : Laa ilaaha illallah dan Muhammadurrasulullah
    Meyakini Laa ilaaha illallah berarti meyakini bahwa tiada Tuhan selain Allah, meyakini bahwa tiada yang berhak disembah kecuali Allah. Kita harus mengosongkan hati dari keyakinan daripada selain Allah dan hanya memasukkan keagungan Allah semata dalam hati kita. Allah-lah tempat bergantung, tempat meminta pertolongan, tempat semua manusia kembali.
    Sedangkan meyakini Muhammadurrasulullah berarti meyakini Muhammad adalah Rasul Allah, dengan memiliki keyakinan tersebut maka kita akan mengikuti apa pun yang Rasul contohkan (Sunah Rasul). Sunah Rasul harus terus di dakwahkan dan dihidupkan sepanjang saat.
2. Menjalankan shalat khusyu
  Artinya melaksanakan shalat dengan sepenuh hati. Pikiran dan hati hanya ditujukan pada Allah, tidak memikirkan hal-hal lain.
3. Ilmu dan dzikir
   Ilmu adalah segala petunjuk yang datang dari Allah melalui Rasulullah. Allah menghendaki kebaikan bagi seseorang, maka Allah memberi kefahaman agama padanya. 
   Dzikir artinya mengingat Allah dengan segala keagungannya. Allah berfirman : "Ingatlah padaku, niscaya aku akan mengingatmu".
4. Memuliakan sesama muslim
   Memuliakan sesama muslim berarti menunaikan hak-hak sesama muslim, menghormatinya dan kemudian menjadi penolong mereka. Allah akan menolong hambaNya selama ia menolong sesamanya. Bahkan hanya untuk sekedar memberikan senyum, Allah menghitungnya sebagai sedekah. Rasul bersabda : "Siapa yang menutup aib saudaranya maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di akhirat".
5. Meluruskan niat, maksud dan tujuan
   Dalam artian membersihkan niat dalam setiap amalan semata-mata karena Allah. Dan Allah tidak akan menerima amalan kecuali amalan yang ikhlas. Allah juga tidak memandang harta dan rupa, Allah hanya memandang hati dan amal.
6. Dakwah dan Tabligh
  Dakwah berarti mengajak dan Tabligh berarti menyampaikan, artinya mengajak kepada manusia untuk percaya pada kebenaran semua ajaran Islam serta menyampaikan semua ilmu pengetahuan tentang agama kepada semua manusia. Karena tujuan hidup manusia di dunia ini adalah mengajak sesama manusia pada kebaikan  hidup di dunia maupun akhirat dan kebenaran. Oleh sebab itu memberitahukan kebenaran agama Islam adalah kewajiban semua muslim.

Sunday, February 19, 2017

AMAL SHALIH DAN BALASANNYA

Amal shalih atau amal kebaikan adalah segala bentuk perbuatan yang Allah ridha di dalamnya baik itu berkaitan dengan hubungan manusia terhadap Allah (hablumminnallah) maupun hubungan antar sesama manusia (habluminnanas). Amal shalih bisa dikatakan sebagai sebuah sarana yang akan memberi keuntungan kepada orang yang mengerjakannya, baik itu dalam kehidupan di dunia maupun dalam kehidupan di akhirat kelak. Dalam artian Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang mengerjakan amal shalih baik di dunia maupun di akhirat
Adapun balasan yang akan di dapat oleh orang-orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu :
1. Kehidupan yang lebih baik.
   Qs An-Nahl 97 : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki atau perempuan dalam keadaan dia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang lebih baik  dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".
2. Mendapat ampunan dan rizki yang baik. 
   Qs Al-Hajj 50 : "Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, bagi mereka ampunan dan rizki yang baik".
3. Memperoleh derajat yang tinggi. 
  Qs Thaha 75 : "Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi bersungguh-sungguh beramal shalih, maka mereka itulah akan memperoleh derajat yang tinggi".
4. Mencapai kemenangan.
   Qs Al-Qashash 67 : "Adapun orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal shalih, mereka akan masuk ke dalam golongan orang-orang yang mencapai kemenangan".
5. Mendapat keadilan.
  Qs Fathir 7 : "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih akan mendapat balasan (berupa) keadilan".
6. Dikeluarkan dari kegelapan.
  Qs Ath-Thalaq 11 : "Orang-orang beriman dan yang mengerjakan amal shalih akan dikeluarkan dari kegelapan kepada cahaya yang terang".
7. Mendapatkan rahmat Allah.
  Qs Al-Jasiyah 30 : "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih, maka Allah memasukan mereka ke dalam Rahmat-Nya. Itulah keberuntungan yang nyata".
8. Tidak akan merasa takut.
  Qs Thaha 112 : "Barangsiapa mengerjakan amal shalih, sedang ia beriman, maka dia tidak akan takut diperlakukan sewenang-wenang dan dikurangi hak-haknya".
9. Mendapat ampunan dan pahala yang besar.
   Qs Maryam 96 : "Orang -orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih disediakan Tuhan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar".
10. Memperoleh nikmat yang tidak berbatas di surga.
    Qs Al-Mukmin 40 : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan iman, mereka akan masuk ke dalam surga. Di sana mereka memperoleh nikmat yang tidak terbatas".

Thursday, February 16, 2017

PENYEBAB RUSAKNYA AKIDAH

Bangunan Islam berdiri di atas dua landasan yaitu akidah (tauhid) dan ibadah. Dengan kedua landasan itu, Islam berkembang membentuk kehidupan seorang muslim, baik dalam ke-diriannya maupun dalam kedudukannya sebagai mahkluk sosial, hal ini membuat umat Islam mengalami kemajuan maupun sebaliknya, kemunduran.
Kemunduran terjadi ketika umat Islam sudah berkurang kemampuannya menangkap makna yang tersimpan dalam kedua landasan itu dan akibatnya umat manusia mengalami kelambanan dan akhirnya tertinggal dari umat lain. Disamping itu  ketika umat Islam menodai dua landasan tersebut, terjadilah berbagai kerusakan di muka bumi ini, baik kerusakan yang bersifat lingkungan maupun jiwa dan raga. Keadaan ini terdapat pada Qs Asy-Syu'araa 151-152 :"Dan janganlah kamu turut urusan orang-orang yang melewati batas. (Yaitu) orang-orang yang membuat bencana di muka bumi dan tidak berbuat kebaikan".
Ada lima perkara yang dapat menjadi pemicu rusaknya akidah :
1. Keturunan. Saat ini keturunan masih sering dipergunakan orang untuk melegalkan hak-hak istimewa dan menyingkirkan orang-orang yang tidak dikehendaki. Kebanggaan terhadap keturunan juga memicu terjadinya rasialisme dan perbudakan seperti yang terjadi pada masyarakat Arab jahiliyah sebelum masa Islam. Dalam Islam tidak ada perbedaan antara suku yang satu dengan suku lainnya, bangsa yang satu dengan bangsa lainnya, karena derajat atau martabat seseorang di sisi Allah SWT bukan ditentukan oleh keturunan, suku atau lainnya, tetapi oleh takwanya.
2. Kekuasaan. Kekuasaan sering dipakai untuk menindas orang lain dan sering terjadi. Karena merasa mempunyai kekuasaan, orang sering bertindak sewenang-wenang terutama kepada rakyat kecil. Kekuasaan juga sering dipakai sebagai media untuk menyelesaikan masalah dengan kekerasan. Dalam Islam kekuasaan bukan untuk kesewenang-wenangan melainkan untuk melindungi orang yang lemah. Kelak pada hari kiamat, kekuasaan akan diminta pertanggung-jawabannya dari para pemegangnya.
3. Kekayaan. Selain keturunan dan kekuasaan, sejak dahulu hingga kini kekayaan selalu dipergunakan sebagai sarana untuk menekan orang lain. Kekayaan sering membuat orang lupa diri dan memandang hina orang yang tidak punya atau miskin. Ia mengira harta yang bertumpuk-tumpuk itu dapat membuatnya kekal, padahal harta bisa membawa kehancuran dirinya.
4. Kebodohan. Kebodohan cenderung membuat manusia tidak mampu menerima kebenaran dan keimanan, bahkan membuat manusia sanggup menanggalkan nilai-nilai kemanusiaannya, sehingga terjadilah pengikisan moral, anti kemanusiaan dan tenggelam dalam kesesatan.
5. Kemiskinan. Sedangkan kemiskinan cenderung mengantarkan manusia kepada kekufuran dan mengingkari keadilan Allah. Kemiskinan menyebabkan timbulnya iri hati si orang miskin kepada orang kaya. Kemiskinan kerap memunculkan masalah dan kesenjangan sosial seperti pencurian, keterbelakangan, penyakit, dll. Jalan keluar yang ditawarkan Islam untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan zakat, infak dan sedekah. Ketiga hal ini meskipun tidak menghapus secara mutlak kemiskinan tetapi setidaknya dapat menutup sebagian pintu-pintu kemiskinan.

Wednesday, February 15, 2017

MENJAGA LISAN

Lisan bisa diartikan sebagai ucapan atau pembicaraan. Nikmat lisan adalah senantiasa menjaga lisan dengan baik, karena lisan bagai pisau bermata dua, bisa membawa manusia pada kebaikan dan pada keburukan. Manusia jika bisa menjaga lisannya akan berdampak timbulnya kasih sayang dan saling hormat menghormati, tetapi sebaliknya jika Manusia tidak bisa menjaga lisannya akan timbul malapetaka dan kebencian. Dan sebaik-baiknya lisan adalah yang digunakan untuk mentaati Allah dengan jalan berzikir, berdoa, berdakwah dan beristighfar.
Ajaran Islam sangat mementingkan perasaan orang lain supaya jangan tersinggung oleh perkataan yang tidak baik. Dalam Al Quran, Allah telah memberi pengajaran tentang bagaimana menggunakan lisan dengan benar sehingga dapat membawa kepada kebaikan :
1. Perkataan yang pantas. Semua orang memiliki hak untuk mendapatkan penghormatan, dengan tidak memandang dia berasal dari kalangan mana. Berkata yang pantas adalah salah satu bentuk perhormatan tersebut, di dalamnya tidak mengandung penghinaan, tidak menyudutkan, tidak pula menyindir. Allah berfirman dalam Qs Al-Isra 28 : "Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas".
2. Perkataan harus memiliki manfaat bagi orang-orang yang mendengarkan, karena perkataan yang bermanfaat dapat memberikan pengetahuan, mencerahkan pemikiran, menunjukan jalan keluar untuk setiap masalah. Bahkan ketika sedang berhadapan dengan orang lemah dan kita tidak dapat membantunya secara materi, kita dapat membantunya dengan memberinya penghiburan lewat ucapan-ucapan kita.
3. Perkataan mulia lebih ditujukan kepada para orang tua kita, sebagaimana Allah berfirman dalam Qs Al-Isra 23 : "Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Allah, dan terhadap kedua orang tuamu hendaklah kamu berbakti dengan baik. Karena itu jangan kamu katakan pada mereka kata kasar ketika mereka berada bersamamu dikala usianya telah tua. Karenanya jangan membentak mereka, tetap berbicaralah terhadap keduanya dengan perkataan yang mulia".
4. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Tidak semua orang memiliki tingkat pendidikan yang sama, ada banyak di sekitar kita yang masih berada pada taraf yang tidak mengenyam pendidikan, orang-orang seperti ini tentunya harus dihadapi dengan ucapan-ucapan yang dapat mereka mengerti, agar tidak terjadi kesalah pahaman. 
5. Pembicaraan yang efektif, artinya pembicaraan memiliki kekuatan  yang dapat menyentuh hati dan pikiran sehingga maksud dari pembicaraan dapat tersampaikan pada yang mendengarnya dan diharapkan akan mengubah perilaku si pendengar dari buruk menjadi baik. 
6. Berbicara dengan lemah lembut. Allah berfirman dalam Qs Thaha 44 : "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". Berdasarkan ayat tersebut Allah menganjurkan kepada kita untuk selalu berbicara dengan lemah lembut, berbicara yang jelas dengan wajah yang simfatik dengan mengurangi nada-nada suara yang tinggi. Dengan demikian orang yang mendengar akan mengerti dan mengikuti apa yang kita maksud.

Tuesday, February 14, 2017

MEMBUKA PINTU RIZKI ALLAH

Setiap manusia yang hidup di muka bumi ini sudah dipastikan menginginkan limpahan rizki dari Allah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia. Di satu sisi ada banyak orang yang dapat dengan mudah mendapatkan rizki Allah tersebut dan di sisi lainnya tak sedikit yang mengalami kesulitan.
Al Quran pada dasarnya telah memberi petunjuk pada manusia mengenai bagaimana caranya membuka pintu rizki Allah sehingga mereka dapat dengan mudah mendapatkan curahan karunia rizki tersebut. Petunjuk yang termaktub dalam Al Quran tersebut adalah :
.1. Bekerja keras.
Sesungguhnya rizki Allah ini sangat melimpah ruah, baik itu di langit mau pun di bumi. Bahkan di setiap jengkal langkah manusia sudah tersedia rizki Allah, tetapi Allah tidak akan menurunkan emas dan harta lainnya dari langit dan bumi begitu saja dan dengan tiba-tiba pula. Rizki tersebut harus di cari dengan usaha, dengan bekerja keras semaksimal mungkin, tidak bermalas-malasan dan tidak pula berpangku tangan. Allah berfirman dalam Qs Al-Jumuah 10 : "Maka apabila kamu telah selesai mengerjakan shalat (shalat Jum'at), hendaklah kamu bertebaran ke muka bumi dan carilah rizki Allah serta ingatlah terhadap Allah sebanyak-banyaknya agar kamu memperoleh keberuntungan". Dalam ayat tersebut Allah menghendaki agar umat manusia berusaha dan bekerja keras mendapatkan rizki dan bukan hanya semata-mata berdoa saja mengharap rizki jatuh dari langit. Dalam Qs  Hud 6, Allah berfirman : "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di muka bumi ini melainkan Allahlah yang memberi rizkinya. Dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata". Ayat tersebut menerangkan pada kita bahwa Allah itu amatlah besar kasih sayangnya terhadap setiap makhluknya dan sebagai wujud kasih sayang-Nya tersebut, Allah tidak menelantarkan makhluk-Nya dalam keadaan kelaparan, kecuali Allah telah menanggung rizkinya. 
2. Bertakwa kepada Allah, tidak sekali-kali menentang dan meninggalkan ajaran-Nya.
Tunduk dan taat mengikuti perintah Allah serta menjauhi larangannya adalah bentuk dan wujud sikap kerelaan dan keihklasan manusia untuk bersedia di atur oleh syariat ajaran agama Allah, sikap seperti itu akan menciftakan sebuah hubungan yang dekat dengan Allah, dan jika sudah demikian Allah memperhatikan manusia tersebut dan kemudian memudahkan segala urusan hidupnya di dunia ini. Sebagaimana termaktub dalam Qs At-Thalaq 2-3 : "Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan memberikan kepadanya jalan keluar. Dan memberinya rizki yang tiada di sangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang dikehendakinya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan tiap-tiap sesuatu."
3. Gemar bangun malam untuk melaksanakan shalat Tahajjud.
Waktu tengah malam atau sepertiga malam yang terakhir dianggap sebagai waktu yang mulia dan istimewa buat seorang hamba yang mau mengisi dengan aktivitas shalat Tahajjud, di karenakan pada waktu inilah Allah turun ke langit dunia untuk menyapa umat-Nya yang gemar bangun malam, lalu dia melakukan shalat Tahajjud dan bermunajat kepada-Nya, menyampaikan keluh kesah hidupnya dan bermohon memperoleh limpahan rizki dari-Nya. Rasulullah mengatakan : "Tuhan kita, Allah SWT tiap malam turun ke langit dunia sampai seperti malam yang terakhir. Dia berfirman : Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku kabulkan. Barangsiapa yang meminta kepada-Ku (termasuk limpahan rizki) akan Aku beri. Dan barang siapa mohon ampun kepadaKu maka akan Aku ampuni." (HR Bukhari).

Monday, February 13, 2017

CIRI-CIRI ORANG BERTAKWA

Kata Takwa tidak kurang dari 288 kali disebutkan dalam Al Quran, di antaranya dalam Qs Ali Imran 133-135 :"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya, dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui".
Menurut surat tersebut, ada lima ciri orang bertakwa, yaitu menafkahkan harta kekayaannya, mengendalikan amarah, pemaaf, berbuat kebajikan atau ihsan dan mohon ampunan. 
1. Menafkahkan harta kekayaannya.
  Orang yang bertakwa akan menafkahkan harta kekayaan yang dikaruniakan Allah padanya, hal itu dilakukan sebagai perwujudan dari rasa syukur atas nikmat karunia tersebut. Dilakukan baik dalam keadaan memiliki kelebihan harta maupun dalam kekurangan. Orang yang bertakwa hatinya akan selalu tergerak untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada siapa pun yang memerlukan pertolongan. Orang yang bertakwa selalu menyadari bahwa harta yang dianugerahkan oleh Allah baik sedikit maupun banyak bukan hanya untuk disimpan atau untuk mencukupi kebutuhan dirinya saja, melainkan sebagiannya harus dimanfaatkan dan dibelanjakan di jalan Allah, karena harta kekayaan yang dimilikinya itu berasal dari pemberian Allah sehingga di dalamnya terdapat hak Allah dan juga tentunya hak masyarakat yang harus dipenuhi.
2. Mengendalikan marah.
   Orang yang bertakwa tidak akan cepat marah dalam menghadapi berbagai permasalahan. Dan kalaupun harus marah, adalah terhadap sesuatu yang dibenci Allah.
3. Pemaaf.
    Rasulullah mengajarkan agar kita bersedia memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikitpun merasa benci dan keinginan untuk membalas dendam.
4. Berbuat kebajikan atau ihsan.
   Meliputi ihsan kepada Allah, ihsan kepada sesama manusia dan ihsan kepada makhluk yang lain.  Ihsan kepada Allah dilakukan dengan cara beribadah dengan rasa ikhlas semata-mata karena dan untuk Allah, Rasulullah mengatakan ihsan kepada Allah adalah :" Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatnya. Kalaupun engkau tidak dapat melihatnya, maka Allah melihat engkau". Selanjutnya adalah ihsan kepada sesama manusia, artinya berbuat baik kepada sesama, dimulai dari ibu dan bapak kemudian kaum kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, tetangga paling dekat, tetangga jauh, musafir dan seterusnya. Adapun ihsan kepada makhluk lain adalah menyayangi dan menyantuni hewan, merawat tanaman, memelihara alam lalu memafaatkannya dengan sebaik-baiknya dan lain sebagainya.
5. Memohon ampunan Allah.
   Dalam hal ini adalah senantiasa beristighfar kepadaNya, dan tidak cukup dengan hanya ucapan istighfar, tetapi didahului dengan taubat, menyesali atas dosa-dosa yang telah diperbuat, bertekad tidak mengulangi dosa tersebut lalu mengiringinya dengan banyak berbuat amal kebajikan.

Kelima perbuatan yang merupakan ciri orang bertakwa tersebut tidaklah serta merta mudah dilakukan, perlu pelatihan setiap saat dan tentu saja kesabaran, tetapi seiring peningkatan ibadah, kelima perbuatan tersebut akan dengan mudah dilaksanakan, terutama karena di dalam jiwa kita telah tertanam kesadaran untuk melakukannya.

Sunday, February 12, 2017

MENGINGAT MAUT

Maut atau kematian adalah hal yang sudah pasti kedatangannya, setiap jiwa akan merasakannya. Dan ketika kematian itu datang, tiada yang dapat menghalanginya atau mengundurkannya dan tiada pula yang dapat memajukannya. Allah berfirman dalam Qs An-nisaa' 78 : "Dimana saja kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, kendati kamu berada di benteng yang kuat".
Kemudian yang menjadi persoalan adalah bukan kapan kita mati, tetapi bagaimana kita mati? Imam Al-Ghazali berpesan dalam kitab Al-Bidayah : "Ketahuilah, maut tidak menjemput anda pada waktu dan kondisi tertentu, tetapi maut akan menjemput anda di saat yang sulit diterka. Karena itu menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menyediakan diri untuk dunia". 
Lalu apa yang harus dilakukan oleh seorang muslim mempersiapkan dirinya dalam masa-masa penantiannya pada kedatangan kematian? Rasulullah mengingatkan : "Perbanyaklah mengingat kematian (maut) penghancur segala kelezatan." (HR At-Turmudzi). Dengan memperbanyak mengingat kematian, manusia akan disadarkan untuk selalu taat beribadah kepada Allah dengan lebih giat, karena hanya dengan cara itulah ia akan terselamatkan dari sakratul maut yang menyakitkan dan dimudahkan dalam menjalani kehidupan setelahnya. Rasulullah mengatakan untuk mengingat kematian sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam ketika beliau ditanya seseorang : "Adakah orang lain yang akan dibangkitkan bersama para syuhada?" Rasulullah menjawab : "Ya, mereka itulah yang mengingat mati sebanyak dua puluh kali dalam sehari semalam." (HR Al-Baihaqi).
Melupakan kematian dan memanjangkan angan-angan niscaya akan menjerumuskan manusia pada berbagai kerugian. Manusia yang lebih cenderung mengurusi kehidupan dunia dan mengikuti hawa nafsunya, dapat dipastikan ia akan lalai dari mengingat kematian, ia kemudian menjadi malas mengerjakan amal shalih, ia suka menangguhkan diri untuk melakukan ibadah karena ia merasa masih memiliki waktu untuk bertaubat. Silau dunia telah membuatnya lupa bahwa waktu terus mengejarnya. Ia baru tersadar ketika kematian telah berada di depan mata, tapi semuanya telah terlambat. Allah berfirman dalam Qs Ali-Imran 185 : "Tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian dan sesungguhnya pada hari kiamatlah akan disempurnakan pahalamu. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung dan kehidupan dunia hanyalah kehidupan yang memperdayamu".
Orang-orang yang yang terjerumus dalam perbuatan-perbuatan maksiat akan mengalami bencana kematian :
1. Ia mengalami kerasnya pencabutan nyawa.
2. Ia menyaksikan rupa Malaikat maut dengan wujud yang paling mengerikan. 
3. Ia menyaksikan tempat tinggalnya kelak di neraka. 
Cukuplah kematian sebagai nasihat, cukuplah kematian menjadikan hati bersedih, cukuplah kematian menjadikan air mata berlinang, karena kematian adalah pemisah dengan keluarga tercinta, pemutus segala kenikmatan dan cita-cita. Dan kematian adalah pintu masuk menuju kehidupan berikutnya, menemui Allah. Lalu tanyakan kepada diri kita masing-masing, kapankah kita akan mati? Jawabannya hanya Allah yang tahu, yang pasti selama kita masih diberi kesempatan hidup, bersegeralah memperbaiki diri dalam beribadah kepada Allah dan memperbanyak amal shalih.

Saturday, February 11, 2017

TUJUH GOLONGAN YANG MENDAPAT NAUNGAN ALLAH

Salah satu babak yang akan dilalui umat manusia dihari kiamat kelak adalah perhitungan amal. Allah SWT akan mengumpulkan semua manusia di padang Mahsyar. Pada saat itu matahari berada sangat rendah, sehingga membuat udara begitu panas. Pada saat itu pula masing-masing orang akan mencari naungan. Akan tetapi Allah hanya akan menyediakan naungan untuk orang-orang tertentu saja. Rasulullah bersabda : "Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah dalam Arasy-Nya pada hari yang tiada naungan kecuali naungan Allah".
Tujuh golongan tersebut adalah :
1. Seorang pemuda yang menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Pengertian ibadah di sini adalah mengkaji Al Quran. Bagi seorang remaja yang hidup di kekinian, perilaku semacam itu sangatlah langka, mengingat masa remaja adalah masa di mana ia mengenal sesuatu yang baru, yang bisa jadi jauh lebih menarik baginya, sebuah masa yang sangat dipengaruhi oleh keadaan sehingga membuatnya lebih memilih keadaan tersebut. Karena langkanya remaja yang senang mengkaji Al Quran, maka Allah memberinya penghargaan menjadikan remaja tersebut sebagai salah satu orang yang mendapat naungan-Nya.
2. Pemimpin yang adil, yaitu pemimpin yang dalam kebijakannya selalu berpegang pada hukum Allah. Tindakannya selalu berdasarkan kebenaran mutlak tanpa memihak pada suatu golongan tertentu. Ia akan mengatakan yang benar adalah benar kendati kebenaran itu datangnya dari orang kecil dan ia akan mengatakan yang salah adalah salah kendati kesalahan itu dilakukan orang-orang besar dan berpengaruh.
3. Seorang laki-laki yang tidak tergoda oleh wanita cantik dan berpangkat dikarenakan ia takut kepada Allah. Walaupun pada kenyatannya di jaman sekarang tak sedikit laki-laki yang tak berdaya dihadapkan pada wanita cantik dan berpangkat, bahkan terjerumus ke dalam perbuatan yang dilarang Allah.
4. Orang yang merahasiakan sedekahnya sehingga apa yang diberikan tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, dalam artian ketika seseorang itu melakukan sedekah, ia tidak menceritakan kebaikannya itu. Dan ketika seseorang itu merahasiakan sedekahnya, kerahasiaannya itu menggambarkan sebuah keikhlasan. Tetapi inti dari sedekah adalah rasa ikhlas, sehingga sedekah yang dilakukan terang-terangan pun karena didalamnya tersimpan keikhlasan, itu adalah baik juga, sebagaimana ditegaskan Allah dalam Qs Al-Baqarah 271 : "Jika kamu menampakan (sedekah)mu, itu adalah baik sekali, dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapus dari kamu sebagian kesalahan-kesalahan kamu dan Allah mengetahui apa yang kamu lakukan".
5. Seseorang yang hatinya selalu tertambat di masjid. Masjid adalah sebuah tempat mulia dimana semua orang itu melakukan berbagai aktivitas keagamaan, seperti shalat dan ber-dzikrullah. Di tempat yang mulia ini terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri dan Allah menyukai orang-orang yang demikian itu. Sebagaimana firman-Nya dalam Qs At-Taubah 108 : "Sesungguhnya masjid didirikan atas dasar takwa, sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu terdapat orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih".
6. Orang yang mengingat Allah (dzikrullah) di tengah orang banyak sambil meneteskan air matanya karena takut pada Allah. Ia berdzikir dengan lisan dan hatinya. Ketika tak seorang pun mengetahui tentang dzikir hatinya yang bergantung kepada Allah, dan kemudian ia merindukan Allah.
7. Orang yang bertemu saudaranya lalu mengatakan aku mencintaimu karena Allah, yang lalu ditimpali oleh saudaranya itu dengan ucapan yang sama. Hal itu bisa diartikan sebagai dua orang yang membuat persaudaraan karena Allah, lalu bersekutu dalam rangka membela agama Allah sampai keduanya berpisah (meninggal) dikarenakan membela agama Allah.

Friday, February 10, 2017

PERISTIWA DI ALAM KUBUR

Kehidupan dunia adalah tahapan kedua dari empat tahapan kehidupan yang merupakan misteri Illahi, sebelum kehidupan dunia, manusia terlebih dahulu berada pada kehidupan di alam rahim. Selanjutnya manusia akan memasuki tahapan ketiga yaitu hidup di alam barzah atau alam kubur, sebelum akhirnya manusia akan memasuki tahapan keempat yaitu kehidupan di alam akhirat.
Peristiwa yang akan dialami manusia di alam kubur diterangkan Rasulullah sebagai berikut :
Sesungguhnya mayat itu apabila telah diletakkan di liang lahat ia masih bisa mendengar suara alas kaki para pelayat ketika mereka pergi meninggalkan makam. Jika mayat itu seorang mukmim maka amalan shalatnya berada di dekat kepalanya, amalan puasanya di sebelah kanannya, amalan zakatnya di sebelah kirinya, dan amalan kebaikan lainnya seperti shadaqah, silaturahim, dll,  berada di dekat kedua kakinya.
Selanjutnya mayat tersebut didatangi dua Malaikat dari arah kepalanya, maka amalan shalatnya berkata: "Dari arahku tidak ada jalan masuk". Kemudian mayat tersebut didatangi dari arah kanannya, maka amalan puasanya berkata: "Dari arahku tidak ada tempat untuk masuk". Selanjutnya ia didatangi dari arah kirinya, maka amalan zakatnya berkata: "Dari arahku tidak ada tempat untuk masuk". Lalu didatanginya dari arah kedua kakinya, maka amal kebaikan lainnya berkata: " Dari arahku tidak ada tempat untuk masuk".
Kemudian kedua Malaikat tersebut menyuruh untuk duduk, maka mayat itu pun duduk. Selanjutnya kepadanya diperlihatkan seorang laki-laki yang bersinar seperti matahari yang akan terbenam, lalu mayat itu ditanya oleh Malaikat: "Ini adalah seorang laki-laki dari kalanganmu, bagaimana pendapatmu mengenai orang ini dan bagaimana pula persaksianmu terhadapnya? Maka mayat itu menjawab : "Tinggalkan aku sebentar untuk mengerjakan shalat". Malaikat berkata : "Sesungguhnya kamu nanti ada kesempatan untuk mengerjakan shalat setelah menjawab pertanyaan kami".
Kemudian mayat itu berkata: "Dia adalah Muhammad Saw dan saya bersaksi bahwa sesungguhnya dia adalah utusan Allah yang datang membawa kebenaran dariNya".
Mendengar jawaban itu Malaikat berkata: "Dalam keadaan itulah kamu hidup, dalam keadaan demikian pula kamu mati dan kelak Insya Allah dalam keadaan demikian pula kamu dibangkitkan kembali (di akhirat). Kemudian kepada mayat tersebut dibukakan pintu surga lalu dikatakan padanya : "Inilah calon tempat tinggalmu sebagaimana yang telah dijanjikan Allah".
Betapa gembiranya ia mendengar keterangan tersebut, selanjutnya kubur mayat tersebut dilapangkan seluas tujuh hasta dan diberi cahaya penerang. Kemudian jasadnya dikembalikan ke tempat asalnya sedangkan nyawanya dikumpulkan bersama nyawa orang-orang mukmin lainnya.
Allah berfirman dalam QS Ibrahim 27: "Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam kehidupan di dunia dan di akherat".
Makna yang terkandung dalam surat tersebut adalah seorang muslim yang telah terbiasa membaca dua kalimah syahadat seperti yang dibacanya ketika mengerjakan shalat, mengumandangkan adzan, dll, maka dalam kubur ia akan dengan mudah menjawab pertanyaan Malaikat.
Nabi bersabda: "Seorang muslim apabila ditanya di alam kubur maka ia dapat mengucapkan persaksian bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan sesungguhnya Muhammad itu adalah utusan Allah". (HR Bukhari-Muslim).

Thursday, February 9, 2017

LIMA HAL PENTING DALAM BERDOA

Dalam kitab Ihya Ulumiddin karya Al-Ghazali, dipaparkan tentang lima hal penting dalam berdoa. Lima hal penting ini tentunya harus diterapkan oleh siapa pun ketika ia berdoa kepada Allah. Lima hal penting itu adalah :
Pertama: Seseorang yang berdoa hendaklah memanfaatkan waktu-waktu yang utama seperti pada hari Arafah, hari-hari di bulan Ramadhan, hari Jumat, pada waktu sahur dan pada sepertiga malam. Berdoa pada waktu sepertiga malam memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana sabda Rasul : "Setiap sepertiga malam yang terakhir Allah SWT turun ke langit dunia dan berkata : 'Siapa yang berdoa kepadaKu maka akan kukabulkan. Siapa yang meminta kepadaKu akan kuberikan. Dan siapa yang memohon ampun kepadaKu maka akan kuampuni' ." (HR Bukhari-Muslim dari Abu Hurairah).
Kemudian berdoa pada waktu-waktu yang lebih khusus lagi, seperti antara adzan dan iqamat dan ketika sedang bersujud.
Kedua: Berdoa dengan tidak meninggikan suara. Diceritakan suatu hari Rasulullah Saw mendengar suatu kaum yang meninggikan suaranya saat berdoa, beliau pun segera menegurnya : "Hai manusia, rendahkanlah suara kalian ketika berdoa, sebab kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan buta, tetapi kalian menyeru kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat".
Teguran Rasulullah itu memiliki makna bahwa dalam berdoa hendaklah kita tidak meninggikan suara seolah-olah menganggap Allah tidak mendengar bisikan-bisikan kita dalam berdoa, hendaklah ingat bahwa Allah ada teramat dekat dengan kita dan selalu mendengar apapun yang kita mohonkan meskipun kita berbisik dalam hati kita sekalipun.
Ketiga: Setiap orang yang berdoa hendaklah menghayati setiap lafal doanya dengan penuh ketundukan dan kerendahan hati disertai penuh pengharapan. Kemudian selalu berusaha agar pikiran dan hati benar-benar terlibat atau hadir pada saat berdoa. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam Qs Al-Anbiya 90) : "Sesungguhnya mereka adalah adalah orang-orang yang selalu bersegera (mengerjakan) perbuatan-perbutan yang baik. Dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami".
Kempat: Mengawali kegiatan berdoa dengan dzikrullah dan shalawat, jadi tidak langsung menuju pada permohonan, akan tetatpi terlebih dahulu membukanya dengan lafaz-lafaz dzikrullah, bisa berupa kalimat-kalimat thayibah seperti Subhanallah, Alhamdulillah atau Allahu Akbar, juga membaca shalawat Nabi.
Kelima: Memiliki keyakinan bahwa doa akan dikabulkan, sebagaimana  Rasul mengatakan : "tidaklah seseorang yang berdoa kepada Allah kecuali akan dikabulkan untuknya, baik akan disegerakan di dunia atau dijadikan tabungan di akhirat atau akan menghapus dosa-dosanya sesuai dengan doa yang ia panjatkan, selama ia tidak berdoa  untuk kemaksiatan atau memutus tali silaturrahim atau terburu-buru." Mereka bertanya, "wahai Rasulullah, bagaimana ia terburu-buru? Beliau menjawab : "ia mengatakan bahwa ia telah berdoa tetapi Rabb tidak juga mengabulkan untuknya".

Wednesday, February 8, 2017

BELAJAR PADA SEMUT, LABA-LABA DAN LEBAH.

Binatang adalah salah satu makhluk Allah yang diciftakan dengan ragam dan jenisnya, dan Allah menciftakan mereka tentunya bukan untuk sia-sia, melainkan memiliki hikmah yang dapat ditarik benang merahnya oleh manusia.
Allah telah mengabadikan beberapa binatang menjadi nama surat dalam Al-Quran seperti An-Naml (semut), Al-Ankabut (laba-laba), An-Nahl (lebah).
1. Semut (An-Naml)
   Semut adalah binatang kecil yang memiliki banyak keistimewaan seperti senang bekerja dan ulet, ia akan terus bekerja selama kebutuhannya belum terpenuhi. Semut mampu mengangkat benda yang lebih besar dari badannya. Kehidupan dan kepribadian semut mengajarkan kepada manusia berupa nilai-nilai sosial yang baik (keshalihan sosial). Semut adalah tipe binatang yang suka membantu dan bergotong-royong dengan sesamanya, semut senang menata rumahnya dengan membuat beberapa ruangan, seperti ruangan untuk Ratu, ruang tidur, ruang makan, dan ruang untuk buang sampah. Hal ini menunjukkan bahwa semut adalah binatang yang pandai menata ruang, tujuannya agar terpenuhinya ruangan yang sehat, tidak campur aduk. Semut juga gemar menabung, ia selalu memenuhi tabungan makanan untuk memenuhi kebutuhan ketika tidak tersedianya sumber makanan di luar sarang mereka. Allah menjelaskan kisah semut dalam Qs An-Naml 18 : "Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut : Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya".

2. Laba-laba (Al-Ankabut)
Kehidupan laba-laba adalah sebuah gambaran yang mengerikan. Laba-laba memiliki sarang yang terbuat dari air liurnya sendiri, sarangnya merupakan tempat tinggal yang sangat rapuh, tetapi sarang yang rapuh itu bukan tempat yang aman buat kehidupan sekelilingnya, apapun yang berada di sana dan terjebak ke dalam sarang tersebut akan disergap lalu dibinasakan. Bukan hanya serangga yang tak sejenis bahkan jantan dari laba-laba tersebut  akan dimusnahkan oleh sang betina setelah masa perkawinan. Kemudian telur-telurnya menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Allah menjelaskan kisah laba-laba dalam Qs Al-Ankabut 41 : "Perumapamaan-perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui". Pengajaran yang dapat diambil adalah bahwa rumah rapuh adalah bagai tubuh manusia yang di dalamnya tidak ditegakkan tauhid, sehingga fondasi dirinya lemah dan rapuh. Dalam artian banyak orang yang masih mencari perlindungan kepada selain Allah, itu menunjukkan dirinya adalah rapuh dan lemah di hadapan Allah.

3. Lebah (An-Nahl)
Allah menjelaskan kisah tentang lebah dalam Qs An-Nahl 68-69 : "Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah : 'Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manuia(68) Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebih itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan(69)."
Atas perintah Tuhan, lebah memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggalnya. Sarangnya berbentuk segi enam, tujuannya adalah agar tidak terjadi pemborosan tempat. Makanannya adalah intisari terlezat dari bagian bunga. Lebah mengolah makanannya, dan hasil olahannya adalah lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin digunakan untuk penerang dan madu dapat menjadi obat yang menyembuhkan berbagai penyakit. Lebah sangat disiplin, terutama dalam pembagian kerja. Ia menjaga dengan ketat keutuhan sarangnya dengan cara menyingkirkan hal- hal yang tidak berguna dari sarangnya. Lebah tidak akan datang mengganggu kecuali ada yang mengganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi obat. Pengajaran yang dapat diambil adalah sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi kehidupan sekelilingnya. 

Tuesday, February 7, 2017

ISTIGHFAR

Pengertian istighfar adalah menundukkan jiwa, hati dan pikiran kepada Allah seraya memohon ampun dari segala dosa. Istighfar bukan hanya sekedar mengucapkan "Astaghfirullah", tetapi harus disertai jiwa yang benar-benar tunduk dan penuh harap akan mendapat ampunan. Sebenarnya memohon ampun itu adalah suatu hal yang tidak perlu diperintahkan karena setiap orang yang berdosa harus merasa perlu untuk beristighfar, tetapi sebagian manusia memiliki keraguan-keraguan tentang boleh tidaknya untuk beristighfar, maka untuk menghilangkan keraguan tersebut, Allah memerintahkannya dengan sangat tegas. Oleh sebab itu berbahagialah orang yang dapat mempergunakan kesempatan itu sebaik-sebaiknya.
Istighfar sendiri memiliki banyak keutamaan, beberapa diantaranya adalah :
1. Orang yang selalu ber-istighfar memiliki kesadaran dan ketetapan hati untuk mengingat dan mendekat kepada Allah. Istighfar merupakan pintu masuk menuju kasih sayang Allah. Orang yang mengingatNya pasti tidak akan dilupakan oleh-Nya, permohonannya pasti akan dipenuhi. Mengingat Allah dan bersyukur kepadanya merupakan kunci di sayang oleh-Nya. (Qs Al-Baqarah 152).
2. Membiasakan beristighfar dijamin oleh Rasulullah untuk selalu dimudahkan segala urusan. Sabda Rasul : "Siapa yang membiasakan istighfar, maka Allah selalu memberikan jalan keluar bagi setiap kesempitan hidupnya, memberikan kemudahan bagi setiap kesulitannya dan memberikan rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka."(HR Abu Daud).  Ampunan dari Allah adalah adalah awal terbukanya pintu-pintu langit yang di susul dengan turunnya berbagai karunia yang tak berhingga.
3. Istighfar dapat menjauhkan kita dari murka dan azab Allah. Bahkan Allah sangat murka kepada orang-orang yang tidak mau beristighfar. (Qs Al-Anfal 33).
4. Istighfar merupakan amalan paling ampuh untuk menjauhkan diri dari godaan setan dan menghancurkan kesesatan-kesesatan yang dibuatnya.  Jika setiap muslim mau ber-istighfar, niscaya setan menjauh darinya.
5. Istighfar adalah amalan paling utama yang tidak pernah ditinggalkan oleh para nabi dan Rasul. Bahkan nabi Muhammad yang terpelihara dari dosa (ma'shum) dan telah dijamin oleh Allah masuk surga tetap selalu ber-istighfar lebih dari seratus kali dalam sehari semalam.

Monday, February 6, 2017

AMALAN DI BULAN MUHARRAM

QS At-Taubah 36 menerangkan bahwa bilangan bulan menurut peredaran bulan ada duabelas, diantara dua belas itu ada empat bulan yang di tetapkan sebagai bulan haram, hal itu dikarenakan bulan-bulan tersebut merupakan bulan-bulan yang harus dihormati dan pada waktu itu tidak boleh melakukan peperangan. Keempat bulan itu tiga berturut-turut yaitu bulan Dzulkaidah (bulan kesebelas), Dzulhijah (bulan keduabelas), Muharram (bulan pertama) dan satu lagi yaitu Rajab (bulan ketujuh). Dihormatinya keempat bulan itu karena pada bulan-bulan itu merupakan bulan yang berkaitan dengan ibadah haji ke Baitullah, mulai dari persiapan pergi haji di bulan Dzulkaidah dan pelaksanaannya di bulan Dzulhijah sampai perjalanan pulang di bulan Muharram, sedangkan di bulan Rajab adalah untuk melaksananakan Umrah.
Bulan Muharram memiliki arti khusus bagi kaum muslimin harena pada bulan tersebut terdapat sebuah peristiwa bersejarah, yaitu hijrahnya Nabi dari kota Mekah menuju kota Madinah, yang kemudian peristiwa hijrahnya Nabi ini dijadikan sebagai penetapan awal tahun kalender Islam.
Adapun mengenai amalan di bulan Muharram, nabi menganjurkan untuk melakukan ibadah puasa, karena puasa di bulan bulan Muharram merupakan puasa paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan, berdasarkan hadis Nabi yang di riwayatkan Abu Huraerah :"Puasa (sunat) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah yang almuharram (puasa Asyura), dan shalat sunat yang paling utama setelah shalat fardu adalah salat lail". 
Mengenai puasa di bulan Muharram ini dilaksanakan pada hari ke sepuluh, sebagaimana disebutkan pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh  Ibnu Abbas : "Rasulullah Saw memerintahkan puasa Asyura pada hari kesepuluh". (HR Tirmidzi).
Tetapi Nabi juga berkeinginan untuk melakukan puasa di hari kesembilan pada tahun berikutnya, tetapi beliau keburu wafat dan tidak sempat melakukannya. Mengenai puasa di hari kesembilan (puasa Tasu'a) ini terdapat dalam hadis Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas : "Ketika Rasulullah Saw berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabatnya juga berpuasa, maka mereka berkata : wahai Rasulullah Saw hari Asyura itu hari yang di agungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah Saw bersabda; kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari kesembilan".

Sunday, February 5, 2017

ORANG YANG BERILMU

Ilmu adalah harta paling berharga. Ilmu merupakan bekal utama hidup seorang muslim selain iman dan amal. Orang yang berilmu (Alim, ulama) sekaligus beriman, dinaikkan derajatnya oleh Allah melebihi yang lain (Qs Al-Mujadalah 11). Ulama atau orang yang berilmu bahkan diutamakan sebagai pewaris para nabi. Kebaikan pun selalu melekat pada orang yang berilmu, sebagaimana Nabi mengatakan:"Orang yang berilmu dan belajar keduanya memperoleh kebaikan, sedangkan orang selainnya tiada kebaikan pada dirinya". Orang yang mencari ilmu bahkan dimasukkan ke dalam kategori mujahid atau orang yang berjuang di jalan Allah. Oleh karena itu berbahagialah menjadi orang yang berilmu.
Namun seorang alim atau ulama atau orang yang berilmu juga akan mengalami permasalahan bila tidak mengamalkan ilmunya dengan benar, sebagaimana Nabi mengatakan:"Orang alim, ilmu, dan amalnya berada di syurga. Apabila orang yang berilmu tidak mengamalkan ilmunya, maka ilmu dan amalnya berada di syurga sedangkan orang alimnya berada di neraka". 
Karena itu ilmu dan kedudukan sebagai orang berilmu bagai pisau bemata dua. Ilmu dapat menjadi kekuatan yang luar biasa untuk kebaikan, sekaligus keburukan. Seorang yang berilmu akan menjadi seorang pembaharu dan merubah kehidupan, dunia menjadi maju sehingga terciftalah peradaban baru yang lebih baik dari sebelumnya. Sebaliknya orang yang berilmu ketika berbuat kemungkaran dan melampaui batas kemudian menyalahgunakan ilmunya, ia akan menghancurkan peradaban tersebut.
Orang yang berilmu bagai pelita, ia membawa pencerahan, dan kemudian mengeluarkan segala hal dari keadaan gelap gulita ke jalan cahaya, membuat orang berubah dari terbelakang menjadi maju, dari miskin menjadi berkecukupan, dari tidak tahu menjadi tahu kebenaran kemudian menjadi beriman dan memahami arah kehidupan sesungguhnya.
Pada akhirnya orang yang berilmu akan memiliki hikmah dan juga memiliki banyak keutamaan, dia tidak akan terjerembab pada takabur, dia akan selalu tawadhu bagai ilmu padi yang semakin berisi semakin merunduk.  Ia akan terus merasa haus ilmu dan ia akan terus berburu ilmu pada orang yang lebih berilmu, ia tidak akan pernah merasa paling berilmu.
Kemudian ketika ia hendak meng-koreksi orang lain, ia akan meng-koreksi dirinya terlebih dahulu, ketika ia mendapat kritik bahkan oleh orang bodoh sekalipun, ia dengan jiwa yang lapang menerimanya dengan ketulusan.
Oleh karena itu orang yang berilmu harus belajar tentang hikmah agar mampu mencapai hakikat dan ma'rifat. Orang yang berilmu tetapi tidak diperkaya dengan hikmah, selain tidak mampu mencapai hakikat dan ma'rifat, ia akan terperangkap dalam kedangkalan ilmunya, merasa paling berilmu tetapi sesungguhnya ia pandir. Telunjuknya menuding orang lain dengan sikap paling benar sendiri, tetapi tidak mencerahkan dirinya dan lingkungan terdekatnya. Ilmunya berhenti sebatas lisan, lisannya tidak nyambung dengan perbuatan, bagai lilin yang yang mati, keilmuannya dan kedudukannya sebagai orang berilmu tidak akan berguna karena tidak akan melahirkan pencerahan.

Saturday, February 4, 2017

MENCAPAI DERAJAT KHUSYU

Allah berfirman dalam Qs. Al'-Mu'kminun 1-2 : "Sungguh beruntung orang-orang yang beriman (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalat mereka". Kemudian banyak pertanyaan mengenai hal ini, bahwa apa dan bagaimana yang dimaksud khusyu dalam shalat itu?
Dari segi bahasa khusyu berarti tunduk atau merendah diri, artinya perlakuan tunduk dan merendah diri berdasarkan pada kesadaran bahwa dirinya berada dalam posisi lemah dan banyak kekurangan, sedangkan yang dihadapi adalah pihak yang kuat dan jauh lebih sempurna. Dalam Al Quran kata khusyu ini selalu dikaitkan dengan masalah ketuhanan, oleh karena khusyu dapat diartikan sebagai "Tunduk dan merendah diri secara penuh kesadaran, sebab yang dihadapi adalah Tuhan Yang Maha Kuat dan Maha Sempurna".
Bagaimana seseorang dapat mencapai derajat khusyu dalam shalatnya? ada beberapa syarat yang bersifat teknis yang perlu dilakukan :
1. Kepekaan terhadap waktu, artinya shalat segera dikerjakan ketika waktu shalat telah masuk dan diusahakan pada awal waktu shalat. Sebagaimana dikatakan oleh Rasul dalam hadistnya bahwa salah satu amalan yang paling disukai Allah adalah "Shalat pada waktunya".
2. Shalat berjamaah, artinya dengan melakukan shalat berjamaah setiap mukmin akan mendapat banyak manfaat, satu mukmin dengan mukmin lainnya dapat saling belajar dan mengikuti tentang kefasihan bacaan, ketenangan dan ketertiban saat shalat, kerapihan berpakaian, disiplin waktu, dan lain sebagainya. Dengan demikian setiap mukmin akan dapat menutup kekurangannya saat melaksanakan shalat. Selain itu pahala shalat berjamaah dilipatkan menjadi 27 derajat, itu tentunya akan menambah semangat untuk melakukan shalat. Kemudian ketika shalat berjamaah akan dimulai imam shalat selalu meminta untuk meluruskan shaf (baris), itu dikarenakan "Sesungguhnya lurusnya shaf-shaf itu tanda kesempurnaan shalat".
3. Thuma'ninah, artinya melaksanakan sholat dengan penuh ketenangan, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru seolah dikejar waktu. Perlu diketahui muatan shalat secara keseluruhan pada hakekatnya adalah doa-doa, jadi diperlukan penghayatan yang penuh.
4. Memahami bacaan shalat, artinya meskipun bacaan shalat semuanya dalam bahasa arab, seseorang perlu untuk sekali waktu mencari tahu arti dan makna dari bacaan shalat tersebut, karena semakin ia memahami muatan bacaan semakin mantaplah shalatnya itu.
5. Menghadirkan hati, artinya hati harus diberi kesadaran bahwa ia sedang melakukan peribadatan. Hati harus di ajak serta untuk menghayati setiap gerakan dan setiap bacaan, bahwa antara gerak sholat dan bacaan ada ikatan yang saling mengikat. Ketika kita melakukan ruku telah ditentukan apa yang harus kita baca, pun demikian pada gerakan lainnya. Di situlah hati akan hadir dan tidak terganggu oleh hal lain di luar shalat. Adapun ketika hati keluar dari lingkaran shalat, segerakan untuk mengembalikannya kembali dengan ingatan bahwa kita sedang melakukan shalat.

Friday, February 3, 2017

TAFAKKUR DAN DZIKRULLAH

Taffakur atau berfikir adalah sebuah keharusan bagi setiap orang beriman yang berakal (Qs Az-Zumar). Mukmin sejati (muttaqin) adalah orang yang selalu menghiasi hidupnya sepanjang waktu dengan berfikir dan berdzikir (Qs Ali Imran 190-191). Imam Al-Ghazali menyebut: "Berfikir berarti menghadirkan dua pengetahuan dalam hati untuk kemudian menghasilkan pengetahuan ketiga". Jadi, berfikir pada hakekatnya adalah aktivitas mencari pengetahuan baru atas dasar pengetahuan yang telah ada. Karena itu dengan selalu bertafakkur, pengetahuan semakin bertambah dan ilmu pun berkembang.
Dalam ajaran Islam pemikiran seorang mukmin harus ditujukan kepada enam hal, yaitu :
1. Berfikir tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, ini dapat menumbuhkan tauhid dan keyakinan (Qs Yunus 101).
2. Berfikir tentang karunia Allah, ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan syukur (QsAl A'raf 69).
3. Berfikir tentang kekurangan diri sendiri dan kurangnya ibadah kepada Allah, ini dapat menumbuhkan sikap malu kepada Allah (Qs Al Hasyr 4).
4. Berfikir tentang janji dan ancaman Allah, ini dapat menumbuhkan ingatan kepada hari akhirat (Qs Al Infithar 13), sehingga kita takut untuk berbuat kejahatan dan maksiat (Qs Al Infithar 14).
5. Berfikir tentang kematian, hari berbangkit dan hari pembalasan, ini dapat memotivasi diri untuk mempersiapkan bekal takwa untuk menyongsong masa depan yang pasti dan kekal (Qs Al Baqarah 94).
6. Berfikir tentang makhluk Allah terutama tentang penciftaan dirinya (Qs Adz-Dzariyah 21), ini dapat menumbuhkan ingatan tentang tujuan penciftaan dirinya dan tujuan hidup di dunia ini dari mana dan mau kemana (Qs Ath-Thariq), sehingga semakin tekun beribadah (Qs Adz-Dzariyah).
Berfikir adalah lebih utama dari dari pada beribadah sunat seperti disebutkan dalam hadis Rasul: "Berfikir satu jam lebih utama daripada beribadah sunat 60 tahun".

Demikian juga dengan Berdzikir sangatlah penting dalam Islam sehingga Allah menyebut kata Dzikir sampai 109 kali dalam Al Quran. Adapun dzikir yang paling utama menurut Rasul adalah mengucapkan "La ilaha ilallah". Dalam beberapa hadisnya Rasul mengatakan bahwa: "orang yang tidak banyak berdzikir pertanda lemah imannya". Hadis lain mengatakan :"Berdzikir adalah bersyukur dan orang yang tidak pernah menyebut Allah adalah orang yang ingkar (kufur)".


LIMA MISTERI ILAHI

Ada lima misteri Ilahi yang tidak dapat dipecahkan dengan ilmu dunia terhebat manapun, lima misteri itu hanya Allah saja yang mengetahui jawabannya dan manusia meskipun harus mengetahuinya tetapi hanya sedikit saja bahkan sama sekali tidak bisa memasuki wilayah hakekat sebenarnya. Lima misteri kehidupan itu adalah :
1. Alam ruh
   Sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Al-Israa ayat 85: "Dan apabila mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah ruh itu termasuk urusan Tuhanku dan tidaklah kamu diberitahu tentang ilmu itu kecuali sedikit".
Sebagaimana firman di atas, ruh itu milik Allah SWT. Maka bila ada seseorang yang mengaku-ngaku tahu dan memahaminya, misalnya ia mengetahui tentang hari dan tanggal kematian maka dapat dipastikan itu hanyalah omong kosong belaka, itu hanya rekayasa manusia saja.

2. Alam rahim
    Alam rahim bisa dianalogikan sebagai kandungan ibu, tempat janin manusia itu tinggal. Tak ada yang tahu apa yang terjadi di alam rahim ini, kecuali atas pengetahuan Allah. Di alam rahim ini ketika janin berumur 130 hari, Allah meniupkan ruh, seiring itupula sang janin mengadakan perjanjian dengan Alah dengan menyatakan kesaksian atau syahadat yang isinya: "Aku bersaksi tiada Tuan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah Rasul Allah". Itulah kesaksian atau syahadat pertama yang disebut syahadat tauhid.        Selanjutnya Allah memberi 4 ketetapan untuk janin tersebut.

3. Alam dunia
    Di alam ini manusia diberi kesempatan untuk menikmati kehidupan. Ketika menjalani kehidupan tersebut Allah telah memberi petunjuk agar tidak tersesat, petunjuk tersebut adalah Al Quran dan juga Al Hadits. Rasul mengatakan: "Aku tinggalkan kepadamu dua hal, diharapkan kamu tidak tersesat selamanya, berpegang kepada kitab Allah (Al Quran) dan Sunah nabinya". (HR Malik).
   Jadi supaya manusia tidak tersesat ia jangan sampai melupakan membaca dan mengamalkan Al Quran, serta mengikuti Sunah Rasul.

4. Alam Barzah
   Sebagian orang menyebut alam ini sebagai alam kubur. Alam barzah adalah alam penantian, menunggu datangnya hari kiamat. Semua ruh berkumpul di alam barzah. Sedangkan yang dimakamkan di dalam tanah hanya jasadnya, ruhnya kembali ke alam ruh di sisi Allah.

5. Alam Akhirat
   Keberadaan alam akhirat termaktub dalam Al Quran, inilah masa depan yang sudah pasti. Setelah hari kiamat, semua manusia akan menuju alam akhirat, berbondong-bondong menuju padang mahsyar untuk menerima perhitungan amal. Setelah itu manusia akan di tempatkan di tempat yang sesuai dengan amalannya masing-masing semasa hidup di dunia. Alam akhirat di sebut juga alam keabadian, karena setelah ini tidak ada lagi kehidupan baru.

Wednesday, February 1, 2017

JALAN MENUJU TAKWA

Takwa yang penuh kenikmatan dengan keutamaan-keutamaannya mempunyai jalan yang penuh dengan rintangan dan hambatan untuk mencapainya, tapi ini sudah menjadi sunatullah bahwa setiap kesuksesan dan prestasi harus dibayar mahal, sebagaimana Rasulullah ketika menyebarkan ajaran agama Islam beliau banyak mengalami rintangan dan hambatan.

Untuk meniti jalan takwa ada beberapa cara yang bisa ditempuh:
A. Mu'ahadah
     Yaitu senantisa mengingat perjanjian dengan Allah, bahwa kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk selalu mengabdi dan beribadah padanya. Kita sudah bersyahadat, bahwa "Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah Rasul/utusanNya". Kita berjanji di dalam 17 rakaat shalat kita bahwa "Iyyaka na'budu wa iyyaka na ta'iin" (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan), kemudian di dalam shalat pula kita membaca "Inna shalati wanusuki wa mahyaaya wa mamaati lillahi rabbil 'aalamien" yaitu sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan mati kita hanyalah untuk mengapai keridahaan Allah.

B. Muraqobah
     Yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah dalam artian selalu merasakan bahwa Allah selalu mengawasi kita di manapun kita berada. Allah senantiasa bersama kita, mencatat setiap amalan kita di Lauh Mahfudz. Merasakan pengawasan Allah akan membangun kepekaan hati untuk selalu taat kepada Allah dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

C. Muhasabah
     Yaitu selalu menghisab atau menghitung amal-amal yang telah kita kerjakan, lebih banyak mana antara amal shalih dan amal jelek. Sudah siapkah kita menghadap Allah dengan bekal yang kita miliki? Sudahkah kita yakin kita akan selamat dari adzab Allah? Kita juga harus menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, oleh sebab itu kita harus selalu muhasabah atau mengoreksi diri sudah berapa bekal yang kita siapkan untuk mengahadapi hari kematian.

D. Mu'aqodah
     Yaitu senantiasa memberikan sanksi atau hukuman terhadap diri sendiri apabila melakukan kesalahan atau lalai dari ketaatan kepada Allah. Mu'aqodah ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-sehari misalnya apabila kita lupa untuk berbuat baik hari ini, kita menggantinya dengan amal shalih. Misalnya kita terlambat melaksanakan shalat berjamaah, kita menggantinya dengan memperbanyak sholat sunat.

E. Mujahadah
    Yaitu selalu bersungguh-sungguh dalam setiap amal shalih walaupun itu kecil saja, Karena kesuksesan besar itu berasal dari hal kecil. Ketika hal kecil saja tidak mampu kita lakukan bagaimana bisa meraih hal besar. Kesungguhan dalam beramal, bekerja, beribadah merupakan bukti keimanan seorang mukmin. Kesungguhan dalam melakukan segala amal shalih menunjukan bahwa orang mukmin adalah orang-orang yang memiliki etos kerja yang tinggi.

Ketika seorang mukmin selalu Mu'ahadah, Muraqobah, Mu'aqobah, Muhasabah dan Mujahadah di setiap harinya, Insya Allah akan mendapat kenikmatan Iman dan meraih derajat takwa, derajat yang penuh kemuliaan di sisi Allah.