Thursday, April 13, 2017

MENGGAPAI LAILATUL QADAR

Setelah ibadah puasa disyariatkan untuk meraih taqwa, Allah lalu melengkapi nikmatnya dengan menghadirkan Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Keutamaan lailatul qadar adalah betapa malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana termaktub dalam QS Al-Qadr 1-5:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu malam (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (6)".

Keutamaan lain Laitul qadar adalah segenap ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, dzikir dan amal sosial seperti shadaqah, zakat, infak dilipatkan gandakan pahalanya. Malam lailatul qadar hanya diberikan kepada umat Muhamaad Saw, sebagaimana sabda beliau: "Lailatul qadar untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya." (Anas bin Malik ra).

Berkenaan dengan ayat ke-4 Al-Qadr, Rasulullah bersabda bahwa pada saat terjadinya Lailatul qadar para malaikat turun ke bumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang shalat qiyamulail dan melakukan dzikir, para malaikat mengucapkan salam pada mereka. Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari hamba-Nya yang bertaubat.

Lailatul qadar terjadi pada malam Ramadhan, tepatnya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan dan pada malam-malam ganjil, sebagaimana sabda Rasulullah: "Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari-Muslim-Baihaqy).

Mengenai tanda-tanda datangnya lailatul qadar, Rasulullah Saw menerangkan dalam hadisnya: "Pada saat terjadinya lailatul qadar itu, malam terasa sangat jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas dan juga tidak dingin. Dan pada pagi hari matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan." (Muslim-Ahmad-Abu Daud-Tarmidzi).

Setiap muslim pasti bisa menggapai Lailatul qadar, caranya adalah sejak awal Ramadhan harus lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan semua ibadah, hindari perbuatan-perbuiatan yang akan mengurangi nilai puasa seperti bertengkar, bergibah, berbohong, dll. Setiap muslim harus melaksanakan qiyamulail tanpa putus dan mengkhatamkan Al-quran. Selanjutnya memperbanyak doa, memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah. Sebagian dianjurkan untuk melakukan iti'kaf.

Wednesday, April 12, 2017

IHSAN

Agama islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, secara garis besar ajarannya meliputi Iman, Islam dan Ihsan. Pokok-pokok tentang iman tercantum pada rukun iman yang enam.  Sedangkan Islam adalah pokok ajaran yang menerangkan peraturan-peraturan Islam atau syariat. Pokok-pokok ajaran tersebut tercantum pada rukun islam yang lima dan secara luas tercantum pada Al-Quran dan Al-Hadis.
Ihsan secara harfiyah berarti baik, secara luas ihsan artinya suatu rangkaian perilaku seseorang yang didasarkan kepada hukum atau aturan Allah Swt dan rasul-Nya. Ihsan bisa juga diartikan sebagai ajaran yang berhubungan dengan akhlak atau budi pekerti.
Ruang lingkup Ihsan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ihsan kepada Allah Swt
    Berbuat baik atau ihsan kepada Allah yakni beribadah kepada Allah dengan berdasarkan kepada aturan-aturan yang terdapat pada Al-Quran dan hadis. Pengertian dan maksud ihsan kepada Allah diterangkan Rasulullah dalam hadis beliau: "Ihsan itu ialah bahwasanya engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak bisa melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatmu." (HR Bukhari).
2. Ihsan kepada sesama manusia
    Ihsan kepada manusia maksudnya berbuat baik kepada sesama manusia, yaitu dengan sikap, ucapan dan perbuatan yang baik. Berbuat baik kepada sesama manusia diperintah oleh Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nisa 36: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, ibu, bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri".
    Seorang mukmin yang sempurna adalah yang mencintai sesamanya seperti halnya mencintai terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Tidaklah beriman di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari-Muslim).
3. Ihsan kepada makhluk lainnya
    Selain berbuat baik kepada Allah dan sesama manusia, islam mengajarkan pula untuk berbuat baik kepada alam sekitar. Ihsan kepada alam sekitar artinya memperlakukan alam sekitar sesuai dengan norma-norma atau kaidah-kaidah ajaran islam. Memperlakukan alam sekitar harus sesuai dengan kewajaran. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk lainnya dipelihara dan kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia.
    Allah berfirman dalam QS Yaasin 33-35: "Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang Maha Besar bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur".

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadis yang menerangkan tentang ihsan. Puncak dari pada ihsan adalah tercapainya kecintaan kepada Allah, kepada manusia maupun kepada alam sekitar. Oleh sebab itu teruslah berbuat baik atau ihsan, karena tidak ada batasan untuk itu selama manusia masih memiliki napas kehidupan.

Tuesday, April 11, 2017

ISTIQAMAH

Istiqamah artinya kosisten atau dengan arti yang lebih luas yaitu tetap berpegang teguh dalam ketaatan dan senantiasa menjauhi yang dilarang, termasuk didalamnya adalah berpegang teguh kepada agama sesuai petunjuk Allah, menunaikan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi segala larangannya, menjaga amal shalih yang sudah dikerjakan dan berusaha meningkatkannya.
Allah berfirman dalam QS Hud 112: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata,'Tuhan kami adalah Allah' kemudian beristiqamah, maka turunlah kepada mereka malaikat-malaikat".
Unsur-unsur istiqamah mencakup:
1. Istiqamah iman
    Seorang muslim harus selalu menjaga imannya agar tidak terjerumus dalam kekufuran atau kemurtadan, untuk itu ia harus menjaga komitmennya terhadap ajaran Islam dan selalu memeliharanya, caranya adalah dengan melaksanakan ajaran islam sepanjang hidupnya, karena hidayah iman islam itu bisa hilang manakala tidak dijaga dengan baik.
    Iman Al-Ghazali mengatakan dalam bukunya 'Bidayatul Hidayah' bahwa: "Cara merawat hidayah yakni dengan selalu menunaikan ibadah secara utuh dan menyeluruh sepanjang hayat".

2. Istiqamah hati
    Yang menentukan lurusnya iman seseorang adalah hatinya. Karena hati adalah 'alat pengendali' yang akan menggerakkan seluruh amal dan aktivitas. Rasulullah Saw bersabda: "Ketahuilah bahwa di dalam tubuhmu ada segumpal daging, jika ia baik maka baik seluruh tubuhnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati". Oleh sebab itu setiap muslim harus menjaga hatinya agar tetap bersih dan cemerlang hingga mampu memberikan kekuatan yang handal untuk beramal shalih. Karena hati yang bersih tidak akan pernah puas untuk selalu beramal shalih sebanyak-banyaknya, sementara hati yang buta adalah sebaliknya, ia tidak akan pernah merasa puas dengan kemaksian yang diperbuatnya.

3. Istiqamah lisan
    Lisan seseorang merupakan cerminan dari hatinya, artinya bila hati dan iman seseorang terkondisikan dengan baik, terbina dan terpelihara, terutama dalam ibadah, niscaya akan melahirkan tutur kata yang baik, dan lembut. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR Bukhari, Muslim).

Orang muslim tentunya harus selalu menjaga sikap istiqamahnya dan dalam segala aspek kehidupan. Rasulullah Saw bersabda: "Tidak akan lurus iman seseorang sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seseorang sebelum lurus lisannya".

    

Monday, April 10, 2017

IMAN KEPADA HARI AKHIR

Hari akhir adalah hari dimana dunia menemui kehancurannya. Manusia pada saat itu tidak melakukan kegiatan apa-apa karena mereka sibuk mencari penyelamatan, tetapi mereka tidak mendapatkan perlindungan kecuali pembuktian amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia.
Beriman kepada hari akhir adalah percaya akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini. Iman kepada hari akhir merupakan pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap muslim, jadi orang yang tidak percaya kepada hari akhir, dia tidak termasuk golongan orang yang beriman.
Peristiwa terjadinya hari akhir banyak disebutkan di dalam Al-Quran, diantaranya:
1. Surat Al-Zalzalah 1-6
    "Apabila bumi diguncangkan dengan goncangan yang dasyat (1) Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya) (2) Dan manusia bertanya; mengapa bumi (jadi begini)? (3) Pada hari itu bumi menceritakan beritanya (4) Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (5) Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka (6).
Allah menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat dapat diketahui, akan tetapi kapan datangnya hari tersebut tak seorangpun mengetahuinya, bahkan Rasulullah sendiri pun tidak mengetahui secara pasti tentang hal itu.
Allah berfirman dalam Qs Al-A'raf 187:
    "Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: Bilakah terjadinya? Katakanlah: Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku. tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba".

2. Surat Al-Qariah 1-5
    "Hari kiamat (1) Apakah hari kiamat itu? (2) Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (3) Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran (4) Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan (5)".
Peristiwa hancurnya alam dan seisinya diawali dengan tiupan terompet oleh malaikat Isrofil atas perintah Allah. Pada saat itu hancurlah dunia dengan segala isinya termasuk manusia.
Allah berfirman dalam Qs Az-Zumar 68 :
   "Dan dihembuskanlah terompet, maka robohlah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah".

Kerusakan dan kemusnahan seluruh alam dengan segala isinya  bukan sesuatu yang mustahil dan bukan pula sesuatu yang menyimpang dari akal pikiran yang sehat. Allah telah menetapkan bahwa segala yang maujud (ada) pasti akan mengalami kerusakan dan kehancuran setelah melewati perputaran masa tertentu, kecuali Allah SWT sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Qashas 88: "Segala sesuatu pasti akan rusak dan musnah kecuali Allah SWT".

Kehidupan manusia pada waktu di dunia akan mendapat balasan, bagi mereka yang berbuat kebaikan dan suka beramal saleh akan ditempatkan di surga dan bagi mereka yang suka mengerjakan perbuatan buruk dan selalu menuju dosa akan mendapatkan balasan dari Allah dengan siksaan di dalam neraka.

Sebelum mereka menempati tempat yang sesuai dengan amal perbuatannya, lebih dahulu amal mereka dihisab, dan di sanalah pengadilan yang sejati. Allah mengadili mereka sesuai dengan catatan yang dibuat malaikat Raqib dan Atid, kemudian barulah menjatuhkan keputusan sesuai dengan amal perbuatan ketika di dunia. Pada hari itu tak seorang pun yang dapat membela kecuali amal yang telah dikerjakan sewaktu di dunia, semua anggota badan menjadi saksi atas amal perbuatannya. Manusia tidak dapat berdusta atau berbohong. Pada hari itu banyak orang yang menyesal karena mereka tidak banyak berbuat kebajikan ketika hidup di dunia.

Sunday, April 9, 2017

TENTANG IBADAH

Ibadah secara bahasa berarti merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut istilah ibadah memiliki banyak arti, tetapi kandungan makna dan maksudnya tetap satu, seperti misalnya :
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan kecintaan yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah cakupan seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah, baik berupa ucapan atau perbuatan, yang lahir maupun yang batin.

Ibadah terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1. Ibadah hati
    Ibadah hati yaitu ibadah yang dilakukan hati dengan tujuan karena Allah. Aktivitas ibadah ini tidak terlihat secara jelas, namun akan terlihat ketika seorang muslim sedang menghadapi suatu urusan. Ibadah hati dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja sesuai kebutuhan dan keinginan.
    Yang termasuk ibadah hati diantaranya tawakal atau berserah diri; sabar atau siap menjalani ketentuan Allah; ikhlas atau berbuat sesuatu karena Allah semata; al-khauf atau rasa takut kepada Allah sehingga menghindarkan diri dari perbuatan maksiat; dan raja' atau berharap hanya kepada Allah.
2. Ibadah lisan
    Ibadah lisan yaitu ibadah yang dilakukan secara lisan berupa zikir untuk mengingat Allah. Contohnya membaca tahmid atau alhamdulillah; takbir atau allahu Akbar; tahlil atau mengucapkan kalimah la ilaha ilallah; membaca doa; dan yang sejenisnya. Selain itu, mengajak orang lain untuk ber-amar maruf nahi munkar atau berbuat kebajikan dan mencegah kemungkaran merupakan bagian dari ibadah lisan.
   Allah berfirman dalam QS Fussilat 33: "Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata,'sungguh aku termasuk orang- orang muslim (yang berserah diri)?')".
Firman Allah tersebut menegaskan bahwa sebaik-baik perkataan adalah isi perkataan tersebut adalah  menyeru untuk taat kepada Allah, memotivasi orang lain melakukan kebaikan dan mendorong manusia untuk meninggalkan perbuatan maksiat.
3. Ibadah badan
    Ibadah badan yaitu menjadikan seluruh anggota badan sebagai sarana ibadah kepada Allah. Contohnya salat, zakat, haji dan jihad.

Ibadah yang diterima oleh Allah adalah ibadah yang hanya dilandasi oleh niat yang tulus ikhlas karena Allah, oleh karena itu niat yang ikhlas adalah syarat utama diterimanya ibadah. Niat yang ikhlas merupakan dasar segala amal ibadah.

Saturday, April 8, 2017

IBADAH SHALAT

Shalat adalah kewajiban yang harus dijalankan oleh seluruh umat Islam dimana saja dia berada, dan dalam keadaan apapun. Kedudukan shalat dalam Islam sangat penting sekali, seperti disabdakan Rasulullah Saw dalam sebuah hadisnya:
"Shalat adalah tiang agama, maka barang siapa yang menegakkannya, berarti menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkannya, berarti meruntuhkan agama". (HR Baihaqi).
Baik buruknya amal shalat seseorang akan mempengaruhi amal ibadahnya yang lain. Dan tanpa shalat, semua amal ibadah yang lainnya itu tidak akan ada nilainya. Begitu pentingnya shalat, sehingga di hari kiamat nanti yang pertama sekali dihisab adalah amal shalat, sebagaimana sabda Rasulullah:
"Yang pertama kali dihisab dari amalan-amalan seseorang pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya, dan jika shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalnya." (HR Tabrani).
Sasaran utama dari shalat adalah agar orang yang melakukannya selalu ingat kepada Allah yang menciptakannya dan dengan mengingat Allah setiap waktu akan menjadikan manusia selalu waspada, senantiasa menghindarkan diri dan perbuatan keji dan tercela, sehingga terlepas dari pelanggaran-pelanggaran yang akan menjerumuskan ke lembah penderitaan tanpa batas di neraka.
Shalat yang wajib dikerjakan ialah shalat yang lima waktu dalam sehari semalam. Shalat tersebut harus dikerjakan secara terus menerus dan sesuai dengan waktunya. Allah menegaskannya dalam Qs Al-Isra' 78:
"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula) shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan malaikat".
Maksud dari ayat tersebut adalah setiap muslim wajib mendirikan shalat lima waktu yang terdiri atas shalat dhuhur, ashar, maghrib, isya' dan subuh. Semuanya harus dikerjakan lengkap dengan syarat dan rukunnya sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT.

Friday, April 7, 2017

HIKMAH SHALAT

Agama merupakan rahmat bagi seluruh alam. Apa yang diperintahkan dalam agama adalah hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi penganutnya dan apa yang dilarang adalah hal-hal yang tidak baik dan membawa akibat buruk. Shalat adalah salah satu yang diwajibkan bagi setiap muslim, oleh karena itu shalat dapat dipastikan bermanfaat bagi yang melakukannya.
Banyak hikmah yang didapat dari shalat dan dampaknya dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Hikmah shalat tersebut adalah:
1. Membiasakan hidup bersih dan sehat
    Allah berfirman dalam QS Al-Maidah 6: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku-siku dan usaplah kepalamu dan basuhlah kakimu dengan dua mata kaki".
    Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa orang yang selalu membasuh muka, tangan dan kakinya setiap akan mengerjakan shalat maka akan terjaga dari hadast dan najis serta raut mukanya akan tampak bersih dan segar, ini menandakan Islam itu senang kepada yang bersih.
    Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang yang akan mengerjakan shalat terlebih dahulu harus bersih dan suci dari hadast dan najis. Begitu pula tempat dan pakaian yang digunakan untuk shalat.
Dengan demikian jelas sudah bahwa shalat dapat melatih seseorang agar cinta pada kebersihan. Orang yang suka membiasakan hidup bersih akan terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh kotoran yang melekat pada badan.
2. Shalat mendidik disiplin
    Shalat lima waktu mendidik dan membiasakan orang untuk berdisiplin dalam waktu. Ketaatan dalam melaksanakan shalat pada waktunya akan menumbuhkan kebiasaan untuk melaksanakan segala sesuatunya dengan tepat waktu, dan kebiasaan disiplin ini akan menjalar ke seluruh sikap hidup kesehariannya.
3. Shalat mendidik hidup sabar
    Shalat dapat mendidik dan melatih orang menjadi sabar, tabah dan tenang dalam menghadapi cobaan hidup. Bagi yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan shalat, akan menjadi tegar dan tak gampang putus asa dalam menghadapi segala kesusahan dan kesulitan yang menimpa dirinya.
    Allah berfirman dalam QS Al-Maarij 19-23: "Sesungguhnya manusia diciftakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpakan kesusahan ia berkeluh-kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya".
4. Shalat membentuk persaudaraan seagama
    Shalat berjamaah di masjid lebih tinggi nilainya daripada shalat sendiri atau shalat di rumah. Dengan berkumpul dan melaksanakan ibadah secara bersama-sama akan memupuk rasa persaudaraan sesama muslim. Rasa persaudaraan ini akan semakin terjalin dengan erat kalau selalu dibina dengan selalu melakukan shalat berjamaah di masjid.
   Allah berfirman dalam QS Al-Hujurat 10: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat".
5. Shalat akan menghindarkan manusia dari perbuatan keji dan mungkar
    Apabila shalat dilaksanakan dengan hati yang ikhlas, dengan sikap tunduk dan patuh, maka akan mendorong pelakunya untuk membentengi diri dari perbuatan buruk.
    Allah berfirman dalam QS Al-Ankabut 45: "Sesungguhnya shalat dapat mencegah (diri) dari perbuatan keji dan mungkar".

Nabi Muhammad Saw memberikan gambaran kepada orang-orang yang mengerjakan shalat lengkap dengan syarat dan rukunnya semata-mata hanya karena Allah, ada tiga sasaran yang akan diperoleh bagi orang yang mengerjakan shalat yaitu; timbulnya keikhlasan dan kesabaran, bertambahnya takwa kepada Allah dan selalu ingat kepada Allah.
    

Thursday, April 6, 2017

PERSAUDARAAN ISLAM

Ketika Rasulullah Saw sudah berada di kota Madinah dan membangun suatu negara Islam pertama, maka mulailah beliau mengatur masyarakat berdasarkan pada undang-undang Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul. Masyarakat ditata atas dasar persamaan hak dan kewajiban tanpa memandang sosial ekonomi tapi didasarkan pada ketakwaan kepada Allah. Tiada perbedaan manusia di hadapan Allah Swt, yang paling mulia di sisi Allah hanyalah yang paling takwa.
Ada dua kelompok masyarakat muslim yang tinggal di kota Madinah pada saat itu, yaitu kaum Muhajirin (berasal dari Makkah) dan kaum Anshar (penduduk asli Madinah), Rasulullah kemudian menjadikan kedua kelompok muslim tersebut bersaudara, saudara seagama, bahkan lebih dari itu mereka dijadikan seperti saudara kandung.
Persaudaraan Islam telah dikokohkan dengan firman Allah dalam QS Al-Hujurat 10 : "Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara, oleh sebab itu perdamaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, mudah-mudahan kamu mendapat rahmat".
Sesama Muslim, baik laki-laki maupun perempuan dilarang saling menghinakan, saling mencela, saling memberi gelar (julukan) yang tidak baik. Hal ini ditegaskan lagi pada ayat 11 : "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok); dan janganlah pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar(julukan) yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dhalim".
Dikaitkan dengan keimanan seseorang, Rasulullah menegaskan dalam sabdanya : "Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai (mengasihi) saudaranya, sebagaimana ia mengasihi dirinya sendiri." (HR Bukhari).
Hadis tersebut menjelaskan bahwa Islam mengajarkan persaudaraan Islam diukur dengan keimanan seseorang. Iman seseorang tidak sempurna sebelum seorang Islam belum mengasihi saudaranya seperti dia mengasihi dirinya sendiri bahkan lebih dari itu. Yang dimaksud saudara di sini tidak terbatas pada saudara karena hubungan darah saja melainkan lebih luas lagi, bisa saudara sebangsa, saudara seagama dan bahkan sesama manusia.
Banyak contoh teladan yang diberikan Rasulullah Saw, juga para sahabat beliau maupun para tabi'in tentang pengamalan hadis tersebut, yaitu mengasihi saudaranya seperti mengasihi dirinya sendiri, terutama hal ini terjadi di saat keadaan gawat dan darurat, di masa peperangan atau bencana alam lainnya. Di saat seperti itulah perlu saling bahu membahu dan tolong menolong dalam menyelamatkan jiwa raga, harta benda dan melindungi setiap rumah tangga dari bahaya kemusnahan.


Wednesday, April 5, 2017

KEUTAMAAN SHALAT SUBUH

Shalat Subuh mempunyai waktu yang sangat pendek, yaitu sejak terbit fajar sampai terbitnya matahari. Ada sebuah penelitian yang menyatakan bahwa shalat Subuh dapat menjadi terapi dari berbagai penyakit, baik penyakit jiwa maupun raga. Shalat Subuh dapat menghilangkan sifat malas, menyegarkan badan dan melancarkan darah setelah tidur. Di samping itu udara yang segar dan belum tercemari pada waktu Subuh akan menyegarkan jantung, menguatkanparu-paru, meperbaharui sel-sel yang mati dan memperbaiki kinerja organ-organ tubuh bagi pelaku shalat Subuh. Kemudian berjalan kaki menuju masjid untuk menunaikan shalat Subuh dapat meningkatkan daya tahan tubuh, menguatkan otot-otot badan, menambahkan kelenturan sendi-sendi dan melonggarkan urat badi. Berjalan kaki ke masjid juga dapat menghidupkan sel-sel, memperbaiki kinerja jantung serta meningkatkan kemampuan otak dan daya ingat.
Zaman dahulu orang Islam malas berjamaah shalat Isya dan Subuh dikarenakan gelapnya malam, tetapi sekarang orang malas karena melimpah ruahnya fasilitas, salah satunya acara tv yang membuat orang menjadi tidak mampu bahkan tidak mau melangkahkan kakinya ke masjid. Acara tv membuat orang tidur larut malam sehingga porsi untuk tidur menjadi berkurang, yang akhirnya membuat orang Islam banyak yang meningggalkan shalat Subuh.
Allah berfirman dalam surat Al-Isra' ayat 78 yang artinya :
"Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pada saat) Subuh. Sesungguhnya shalat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)".
Selain keutamaan yang dijelaskan oleh ayat tersebut, ada banyak keutamaan lain yang terkandung dalam shalat Isya dan Subuh, dan jika umat Islam mengetahui keutamaan tersebut niscaya mereka akan tergerak untuk menunaikan kedua shalat ini dengan kemantapan dan keikhlasan hati. Keutamaan tersebut termaktub dalam hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh HR Muslim, yaitu :
1. Barangsiapa yang shalat Isya berjamaah, maka seakan-akan dia shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah, maka seakan-akan dia telah shalat semalam suntuk.
2. Dan rakaat fajar (shalat sunah sebelum Subuh) lebih baik dari dunia dan isinya.
3. Shalat Subuh sebagai cahaya di hari kiamat.
Semua manusia pasti pernah mengalami situasi gelap gulita ketika listrik padam, perasaan saat itu digambarkan begitu sumpeg, tidak tahu apa-apa, tak tahu arah, tak tahu letak sesuatu, dan  dikala gelap gulita itulah orang butuh cahaya, dengan cahara semua jadi jelas, perasaan jadi senang. Demikian pula ketika orang telah mengetahui keutamaan shalat Isya dan Subuh ia akan dengan senang hati melaksanakannya.
Bagi orang-orang munafik, shalat Subuh dan Isya merupakan kewajiban yang sangat berat. Sebagaimana disebutkan dalam dalam sebuah hadis shahih : "Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan Subuh". (HR Bukhari-Muslim).
Ada 6 sifat orang munafik dalam melaksanakan shalat, yaitu : "Malas saat hendak melaksanakannya, agar dilihat orang (riya), mengakhirkan waktu, tergesa-gesa melakukannya, hanya sedikit mengingat Allah dan enggan menghadiri shalat berjamaah".
Kumandangkanlah adzan Subuh dengan suara syahdu, sehingga pendengar tersentuh jiwa dan kalbunya dan segera bangkit untuk memenuhi panggilannya. Saat ini sudah sangat jarang muadzin yang memiliki suara merdu dan syahdu, bahkan terkesan asal-asalan, oleh sebab itu para pemuda hendaklah memiliki keinginan untuk berlatih menjadi seorang muadzin yang baik.

Monday, April 3, 2017

KEISTIMEWAAN AL-QURAN

Al-Quran diturunkan Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw pada bulan Ramadhan, ketika Nabi berada di Gua Hira. Selanjutnya Al-Quran diturunkan secara bertahap kepada beliau selama kurang lebih 23 tahun. Al-Quran adalah kitabullah terakhir yang diturunkan dan diterima Nabi. Kitabullah itu diturunkan dengan maksud dan tujuan "mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Terpuji" (QS Ibrahim 1).
Al-Quran memiliki banyak keistimewaan, salah satunya adalah sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan menjadi bukti kenabian beliau. Kitabullah itu hakikatnya adalah Risalah Allah yang merupakan risalah penutup kenabian.
Al-Quran memiliki bahasa sastra yang indah dengan ayat-ayatnya tidak lekang seiring perjalanan waktu, ia tetap eksis dan revelan dari sejak dahulu, kini dan masa yang akan datang.
Keistimewaan lain adalah Al-Quran itu bersifat kekal dalam artian Al-Quran berlaku untuk setiap generasi manusia, tidak hanya berlaku untuk satu atau beberapa generasi dan setelah itu tidak lagi berarti dan perlu diganti. Dengan kata lain Al-Quran berlaku sepanjang masa, selama dunia masih memancarkan sinar kehidupan. Dan Al-Quran senantiasa terpelihara dari penyimpangan, perubahan, pengurangan dan penambahan. Allah menjamin terpeliharanya Al-Quran, sebagaimana termaktub dalam firmanNya surat Al-Hijr 9 : "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".
Al-Quran bersifat universal, artinya Al-Quran diturunkan untuk seluruh umat dan sekaligus untuk alam semesta. Al-Quran tidak bersifat sektarian, artinya ayat-ayat dalam Al-Quran tidak hanya berlaku bagi suku bangsa dan penduduk yang tinggal di negeri tertentu, tidak terbatas bagi orang-orang yang berkulit warna tertentu dan berbahasa tertentu, tetapi berlaku bagi semua suku dan bangsa tanpa memandang warna kulit dan bahasa yang digunakan, serta tinggal di negeri manapun.
Al-Quran pada garis besarnya berisi akidah, ibadah, akhlak dan mu'amalah duniawiyah. Al-Quran mempunyai bannyak fungsi diantaranya sebagai hudan (petunjuk), furqan (pembeda antara yang baik dan yang buruk), busyro (berita gembira), nur (cahaya yang menerangi kehidupan manusia), tibyan (penjelasan secara garis besar), syifaaush shudur (obat bagi penyakit rohani) dan mushaddiq (pembenar terhadap kitab yang datang sebelumnya). Dan yang terakhir Al-Quran adalah sebagai sumber acuan dasar atau sumber asasi Islam yang pertama.


Sunday, April 2, 2017

PENTINGNYA BERILMU

Dalam era modern dan era masyarakat industri sekarang ini, peranan ilmu pengetahuan dan teknologi yang di dukung oleh kemampuan akal dalam memajukan segala aspek kehidupan manusia menjadi sangat dominan. Dan peranan orang-orang berilmu menonjol sekali dalam membangun dan memajukan masyarakatnya, baik itu agamanya maupun bangsanya.
Secara duniawi kedudukan mereka yang berilmu tersebut lebih terhormat dan lebih disegani, sedangkan secara ukhrowi, derajat mereka pun di hadapan Allah ditinggikan beberapa derajat, sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Mujadalah 11 : "Allah mengangkat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat".
Dengan ilmu pengetahuan, manusia yang diciptakan Allah sebagai Khalifah dimuka bumi ini akan berkemampuan membuka tabir tanda-tanda zaman dan mampu memanfatkan serta mengolah segala apa yang ada di bumi ini bagi kemakmuran dan kesejahteraan bersama. Dan dengan ilmu pengetahuan pula lah manusia dapat membuat sesuatu yang sulit menjadi mudah, seperti membuat sarana-sarana transportasi yang dahulu terasa tidak mungkin menjadi mungkin, misalnya pesawat terbang.
Untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah dan juga beribadah kepadaNya serta bermu'amalah kepada sesama makhluk pun tentunya diperlukan ilmu, misalnya dalam melaksanakan ibadah shalat, seseorang diwajibkan memiliki pengetahuan tentang shalat sehingga shalatnya pun menjadi benar. Contoh lain adalah banyak kaum lemah yang tidak bisa mengubah nasibnya karena mereka tidak berilmu. Di sinilah letak perbedaannya. Allah berfirman dalam QS Az-Zumar 9 : "Katakanlah, adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui".
Kaum muslimin tentunya memerlukan ilmu pengetahuan yang mengandung nilai-nilai Ilahiyah sehingga dapat mengenal Allah dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman dalam QS Al-Alaq 1-5 : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". 
Sedangkan untuk menjadi orang berilmu tentu saja banyak jalannya, bisa lewat pendidikan formal atau  pun lewat jalur non formal, sebab dunia ini pada dasarnya merupakan lembaga pendidikan sepanjang manusia itu hidup. Dalam sebuah hadis Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu pengetahuan, Allah akan memudahkannya jalan menuju ke sorga." (HR Muslim).

Saturday, April 1, 2017

MENYIKAPI MUSIBAH

Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah 154-157: "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit kesulitan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila di timpa musibah, mereka mengucapkan : Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk".
Berdasarkan firman Allah di atas, dapat diketahui bahwa Allah akan selalu memberikan berbagai bencana dan musibah kepada umat manusia, tujuannya adalah untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kesabaran manusia menerimanya.
Bila ditinjau dari syari'at Islam, maka bencana dan musibah itu dapat dibagi menjadi dua kemungkinan:
1. Sebagai ujian bagi orang beriman.
    Allah berfirman dalam Qs.Muhammad 31: "Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu". 
     Dari firman Allah tersebut dapat diambil maknanya bahwa Allah Swt akan menguji keimanan, kesabaran dan semangat jihad, oleh sebab itu dengan ujian ini setiap muslim akan semakin kuat dan mantap kualitas imannya.

2. Sebagai adzab Allah.
    Bila umat manusia telah melampaui batas dengan perbuatan durhaka, kufur dan kemaksiatan merajalela, sementara umat lainnya sudah tidak mampu menghentikannya, maka disitulah Allah akan menurunkan adzabnya, sebagaimana umat nabi Nuh as yang ditimpa banjir yang dahsyat, umat nabi Luth yang ditimpa gempa bumi, Firaun dengan bala tentaranya yang ditenggelamkan di laut Merah dan masih banyak lagi. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Ali Imran 112; "Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada kecuali jika mereka berpegang pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah, dan mereka diliputi kerendahan".

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa umat manusia terutama orang yang beriman akan selalu diuji dan dicoba oleh Allah Swt, semua itu untuk mengukur sejauh mana kuat dan lemahnya iman mereka. Sedangkan Adzab yang diberikan kepada umat manusia terdahulu dan umat sekarang itu lebih dikarenakan perbuatan mereka sendiri yang sudah berlaku durhaka dan melampaui batas. Oleh sebab itu orang beriman harus pandai membaca sejarah umat manusia terdahulu hingga dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari peristiwa tersebut, kemudian melakukan pertobatan dan bersabar dalam menghadapi musibah, meningkatkan keimanan, memperbanyak ibadah dan amal shalih.
Allah berfirman dalam Qs Az-Zumar 53:"Katakanlah hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Dialah yang maha Pengampun dan Penyayang".