Sunday, July 2, 2017

BAHAYA SYIRIK

Islam disebut juga sebagai agama tauhid, karena Islam adalah agama yang datang untuk menegakkan tauhid dalam artian mengesakan Allah.
Allah menurunkan agama tauhid ini untuk mengangkat derajat dan martabat manusia ke tempat yang sangat tinggi dan mulia, dan Allah menurunkan agama tauhid ini untuk membebaskan manusia dari kerendahan dan kehinaan yang diakibatkan oleh perbuatan syirik. Sebagaimana firmanNya dalam QS An-Nur 55: "Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di atara kamu dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan mengukuhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik".
Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) tidak berbuat syirik kepada Allah sedikitpun, niscaya akan masuk syurga. Dan barangsiapa meninggal dunia (dalam keadaan) berbuat syirik kepada Allah, niscaya akan masuk neraka." (HR Muslim).

Syirik atau menyekutukan Allah adalah sebesar-besar dosa yang harus dan wajib dijauhi karena perbuatan syirik dapat menyebabkan kerusakan dan merupakan bahaya besar, baik itu dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. 
Di antara kerusakan dan bahaya akibat perbuatan syirik adalah:
Pertama: 
Syirik merendahkan keberadaan kemanusiaan, syirik menghinakan kemuliaan manusia, menurunkan derajat dan martabatnya, karena Allah telah menjadikan manusia sebagai hamba Allah di muka bumi ini dan memuliakannya.
Kedua: 
Syirik adalah sarang kurafat dan kebatilan. Dalam sebuah masyarakat yang akrab dengan perbuatan syirik, maka para dukun, ahli nujum, ahli sihir dan semacamnya menjadi laku keras, sebab mereka mengklaim bahwa dirinya mengetahui ilmu ghaib yang sesungguhnya tak seorangpun mengetahuinya kecuali Allah saja.
Ketiga: 
Syirik adalah kedhaliman yang paling besar, yaitu dhalim terhadap hakikat yang agung yaitu 'tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah'.
Keempat: 
Syirik sumber dari segala ketakutan dan kecemasan. Orang yang akalnya menerima berbagai macam khurafat dan mempercayai kebatilan,  maka kehidupannya selalu diliputi ketakutan, sebab dia menyandarkan dirinya pada banyak tuhan, padahal tuhan-tuhan itu lemah dan tak kuasa memberikan manfaat bahkan menolak bahaya atas dirinya. Allah berfirman dalam QS Ali Imran 151: "Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang yang kafir rasa takut disebabkan mereka merpersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak memberikan keterangan tentang itu. Tempat mereka kembali adalah neraka, dan itulah seburuk-buruk tempat tempat tinggal orang-orang yang dhalim".
Kelima:
Syirik membuat orang malas melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Syirik mengajarkan kepada pengikutnya untuk mengandalkan para perantara, sehingga mereka meremehkan amal shalih. Sebaliknya mereka melakukan perbuatan dosa dengan keyakinan bahwa para perantara akan memberinya syafaat di sisi Allah. 
Keenam:
Syirik menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka, sebagaimana Firman Allah dalam QS Al-Maidah 72: "Sesungguhnya, orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya adalah neraka, dan tidaklah ada bagi orang-orang dhalim itu seorang penolongpun".
Ketujuh:
Syirik memecah belah umat. Allah menjelaskannya dalam QS Ar-Rum 31-32: "Dan jangalah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka".

Saturday, July 1, 2017

AKIDAH

Akidah artinya keyakinan, sedangkan menurut syara. akidah artinya kepercayaan atau keimanan kepada hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak yang tetap dan kekal, yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan oleh syara yaitu beriman kepada Allah, rukun-rukun iman, rukun-rukun Islam dan perkara-perkara ghaib.
Pendidikan akidah merupakan dasar dan prioritas bagi pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia merupakan inti dari amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki akidah menyebabkan amalannya tidak berarti apa-apa di hadapan Allah. Tanpa akidah Islam, amal seseorang akan kosong dan sia-sia belaka. Allah telah menggambarkan tentang hal ini dalam QS An-Nur 39: "Dan orang-orang yang kafir, amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi jika didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun...".
Dan dalam QS Al-Furqan 23: "Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu (bagaikan) debu-debu berterbangan".

Ayat-ayat yang pertama-tama diturunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw di Makkah mengarah kepada pembinaan akidah. Dengan pembinaan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi telah berhasil melahirkan para sahabat yang mempunyai daya tahan yang kuat dalam mempertahankan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
Kekuatan akidah yang sudah terpatri dalam dada berkemampuan memberikan kekuatan bagi seseorang untuk melawan kedholiman, ketidak adilan, kebiadaban, keserakahan dan melahirkan pribadi muslin yang memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah.
Akidah Islam yang telah meresap ke dalam jiwa dan lubuk hati seseorang akan membentuk pribadi-pribadi muslim yang memiliki karakter:
1. Pribadi yang berkeyakinan kepada Allah Yang Maha Esa sehingga menggerakkan seluruh tingkah lakunya, percakapannya dan perbuatannya hanya untuk mencari keridhaan Allah.
2. Pribadi yang sholeh, ia selalu melakukan apa yang diperintahan Allah dan meninggalkan segala laranganNya.
3. Pribadi yang mempunyai akhlak cemerlang dan terpuji. Mengikis sifat-sifat yang buruk dan melahirkan manusia yang bertakwa dan segala sifat terpuji.
4. Pribadi yang senantiasa optimis dan yakin kepada diri sendiri untuk bekerja demi mencapai kejayaan di dunia, di samping tentunya tidak lupa mencari keridhaan Allah.
5. Pribadi yang teguh pendirian, mempunyai prinsip dan tidak mudah terpengaruh dengan keadaan yang mengancam nilai dan akhlak manusia.
6. Pribadi yang senantiasa senang berlomba-lomba untuk berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran.
7. Pribadi yang tidak mudah putus asa atau hilang harapan, karena iman dalam hati telah memberi rasa tenang.
8. Pribadi yang sanggup berjihad di jalan Allah walaupun nyawa dan harta sebagai taruhannya.

Friday, June 30, 2017

AL-QURAN DAN NAMA-NAMANYA

Secara harfiah Al-Quran memiliki arti bacaan yang sempurna. Sedangkan dari segi bahasa Al-Quran memiliki arti bacaan atau yang dibaca, pengertian tersebut didasarkan pada penjelasan QS Al-Qiyamah ayat 16-18: "Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Quran) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya(16) Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya (17) Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18)".
Sementara itu menurut istilah Al-Quran memiliki arti firman Allah yang bersifat mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan perantaraan Malaikat Jibril, di tulis dalam mushaf-mushaf, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, disampaikan kepada umat manusia secara mutawatir (berdasarkan riwayat para sahabat) dan apabila mempelajari dan membacanya merupakan suatu ibadah.

Nama-nama Al-Quran
Allah Swt telah memberikan nama-nama bagi Al-Quran dengan nama-nama yang sesuai dengan fungsi dan sifatnya. Nama-nama yang sesuai dengan fungsinya adalah:
1. Al-Quran
    Disebut sebagai Al-Quran karena dia memiliki fungsi sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus, hal ini disebutkan dalam QS Al-Israa 9: "Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus..."
2. Al-Kitab
    Dinamakan Al-Kitab karena mengandung arti tulisan atau yang ditulis dalam arti lebih luas karena Al-Quran merupakan kalam Allah yang ditulis dalam lembaran-lembaran kemudian dikumpulkan menjadi satu mushaf Al-Quran (kitab) yang sampai secara mutawatir atau berurutan berdasarkan riwayat. Penamaan Al-Kitab termaktub dalam Qs Ad-Dukhan 1-2: "Ha Mim (1) Demi kitab (Al-Quran) yang jelas".
3. Al-Furqan,
    Al-Furqan artinya pembeda dalam artian Al-Quran dinamakan sebagai Al-Furqan adalah untuk membedakan antara hal-hal yang benar (haq) dan yang salah (batil). Penamaan Al-Furqan termaktub dalam QS Al-Furqan 1: "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Furqan (Al-Qur'an) kepada hambaNya (muhammad), agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia)".
4. Az-Zikru
    Az-Zikru berarti peringatan. Al-Quran dinamakan Az-Zikru karena Al-Quran merupakan peringatan dari Allah kepada manusia mengenai akidah, ibadah dan muamalah. Penamaan Az-Zikru berdasakan QS Al-Hijr 9: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Az-Zikru (Al-Quran), dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya".
e. At-Tanzil
    At-Tanzil artinya yang diturunkan. Al-Quran dinakan At-Tanzil karena merupakan kalam Allah yang ditunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Malaikat Jibril. Penamaan At-Tanzil disebutkan dalam QS Asy-Syu'a'ra 192: "Dan sesungguhnya At-Tanzil (Al-Quran) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam".

Di antara nama-nama tersebut yang selalu dipakai adalah Al-Quran dan Al-Kitab, karena sesuai keadaannya dimana Al-Quran dibaca secara lisan dan di tulis dalam kalam. Kedua nama tersebut memberikan isyarat bahwa Al-Quran wajib dipelihara dengan dua cara yaitu dibaca (dihafal) dan ditulis, sehingga dapat saling memperkuat. Karena hafalan belum dapat diakui kebenarannya apabila tidak cocok dengan rasm (tulisan) yang disepakati oleh para sahabat, yang dinukil secara mutawatir, begitu pula dengan tulisan belum dapat dibenarkan jika tidak cocok dengan hafalan yang disampaikan secara mutawatir.
Dengan hafalan dan tulisan itulah Al-Quran dapat dipelihara dengan baik, sehingga dapat terhindar dari perubahan dan penyimpangan, baik kata-katanya maupun huruf-hurufnya, sebagaimana telah menimpa kitab-kitab sebelumnya.

Adapun nama-nama Al-Quran yang sesuai dengan sifatnya disebutkan dalam ayat-ayat sebagai berikut:
1. Nur (cahaya)
    Disebutkan dalam QS An-Nisaa' 174: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mujizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Quran)".
2. Hudan (petunjuk), Syifa' (penyembuh), Rahmat dan Mau'izah (pelajaran)
    Disebutkan dalam QS Yunus  57: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada dalam dada) dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman".
3. Mubarak (yang diberkahi)
    Disebutkan dalam QS Al-An'am 92: "Dan ini (Al-Quran) adalah Kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya...".
4. Mubin (yang menjelaskan)
    Disebutkan dalam QS Al-Maidah 15: "...sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan".
5. Busyro (berita gembira)
    Disebutkan dalam QS Al-Baqarah 97; "katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman".
6. Aziz (mulia)
    Disebutkan dalam QS  Fushshilat 41: "Sesungguhnya orang-orang yang mengikari Al-Quran ketika Al-Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al-Quran itu kitab yang mulia".
7. Majid (mulia, pemurah)
    Disebutkan dalam QS Al-Buruuj 21: "Bahkan, yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia".
8. Basyir (pembawa berita gembira) dan Nadzir (pembawa peringatan) 
    Disebutkan dalam QS Fushshilat 3-4: "Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang menhetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan..".
    


Thursday, April 13, 2017

MENGGAPAI LAILATUL QADAR

Setelah ibadah puasa disyariatkan untuk meraih taqwa, Allah lalu melengkapi nikmatnya dengan menghadirkan Lailatul Qadar atau malam kemuliaan. Keutamaan lailatul qadar adalah betapa malam tersebut lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana termaktub dalam QS Al-Qadr 1-5:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu malam (3) Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (6)".

Keutamaan lain Laitul qadar adalah segenap ibadah seperti shalat, membaca Al-Quran, dzikir dan amal sosial seperti shadaqah, zakat, infak dilipatkan gandakan pahalanya. Malam lailatul qadar hanya diberikan kepada umat Muhamaad Saw, sebagaimana sabda beliau: "Lailatul qadar untuk umatku, dan tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya." (Anas bin Malik ra).

Berkenaan dengan ayat ke-4 Al-Qadr, Rasulullah bersabda bahwa pada saat terjadinya Lailatul qadar para malaikat turun ke bumi menghampiri hamba-hamba Allah yang sedang shalat qiyamulail dan melakukan dzikir, para malaikat mengucapkan salam pada mereka. Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka, dan Allah menerima taubat dari hamba-Nya yang bertaubat.

Lailatul qadar terjadi pada malam Ramadhan, tepatnya pada sepuluh malam terakhir Ramadhan dan pada malam-malam ganjil, sebagaimana sabda Rasulullah: "Carilah lailatul qadar pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan." (HR Bukhari-Muslim-Baihaqy).

Mengenai tanda-tanda datangnya lailatul qadar, Rasulullah Saw menerangkan dalam hadisnya: "Pada saat terjadinya lailatul qadar itu, malam terasa sangat jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas dan juga tidak dingin. Dan pada pagi hari matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan." (Muslim-Ahmad-Abu Daud-Tarmidzi).

Setiap muslim pasti bisa menggapai Lailatul qadar, caranya adalah sejak awal Ramadhan harus lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan semua ibadah, hindari perbuatan-perbuiatan yang akan mengurangi nilai puasa seperti bertengkar, bergibah, berbohong, dll. Setiap muslim harus melaksanakan qiyamulail tanpa putus dan mengkhatamkan Al-quran. Selanjutnya memperbanyak doa, memohon ampunan dan keselamatan kepada Allah. Sebagian dianjurkan untuk melakukan iti'kaf.

Wednesday, April 12, 2017

IHSAN

Agama islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, secara garis besar ajarannya meliputi Iman, Islam dan Ihsan. Pokok-pokok tentang iman tercantum pada rukun iman yang enam.  Sedangkan Islam adalah pokok ajaran yang menerangkan peraturan-peraturan Islam atau syariat. Pokok-pokok ajaran tersebut tercantum pada rukun islam yang lima dan secara luas tercantum pada Al-Quran dan Al-Hadis.
Ihsan secara harfiyah berarti baik, secara luas ihsan artinya suatu rangkaian perilaku seseorang yang didasarkan kepada hukum atau aturan Allah Swt dan rasul-Nya. Ihsan bisa juga diartikan sebagai ajaran yang berhubungan dengan akhlak atau budi pekerti.
Ruang lingkup Ihsan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ihsan kepada Allah Swt
    Berbuat baik atau ihsan kepada Allah yakni beribadah kepada Allah dengan berdasarkan kepada aturan-aturan yang terdapat pada Al-Quran dan hadis. Pengertian dan maksud ihsan kepada Allah diterangkan Rasulullah dalam hadis beliau: "Ihsan itu ialah bahwasanya engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak bisa melihat-Nya sesungguhnya Allah melihatmu." (HR Bukhari).
2. Ihsan kepada sesama manusia
    Ihsan kepada manusia maksudnya berbuat baik kepada sesama manusia, yaitu dengan sikap, ucapan dan perbuatan yang baik. Berbuat baik kepada sesama manusia diperintah oleh Allah, sebagaimana firman Allah dalam QS An-Nisa 36: "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua, ibu, bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri".
    Seorang mukmin yang sempurna adalah yang mencintai sesamanya seperti halnya mencintai terhadap dirinya sendiri. Sebagaimana sabda Rasulullah: "Tidaklah beriman di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari-Muslim).
3. Ihsan kepada makhluk lainnya
    Selain berbuat baik kepada Allah dan sesama manusia, islam mengajarkan pula untuk berbuat baik kepada alam sekitar. Ihsan kepada alam sekitar artinya memperlakukan alam sekitar sesuai dengan norma-norma atau kaidah-kaidah ajaran islam. Memperlakukan alam sekitar harus sesuai dengan kewajaran. Tumbuh-tumbuhan, hewan dan makhluk lainnya dipelihara dan kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia.
    Allah berfirman dalam QS Yaasin 33-35: "Dan suatu tanda kekuasaan Allah yang Maha Besar bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Supaya mereka dapat makan dari buahnya dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur".

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Quran dan Al-Hadis yang menerangkan tentang ihsan. Puncak dari pada ihsan adalah tercapainya kecintaan kepada Allah, kepada manusia maupun kepada alam sekitar. Oleh sebab itu teruslah berbuat baik atau ihsan, karena tidak ada batasan untuk itu selama manusia masih memiliki napas kehidupan.

Tuesday, April 11, 2017

ISTIQAMAH

Istiqamah artinya kosisten atau dengan arti yang lebih luas yaitu tetap berpegang teguh dalam ketaatan dan senantiasa menjauhi yang dilarang, termasuk didalamnya adalah berpegang teguh kepada agama sesuai petunjuk Allah, menunaikan kewajiban-kewajiban agama dan menjauhi segala larangannya, menjaga amal shalih yang sudah dikerjakan dan berusaha meningkatkannya.
Allah berfirman dalam QS Hud 112: "Sesungguhnya orang-orang yang berkata,'Tuhan kami adalah Allah' kemudian beristiqamah, maka turunlah kepada mereka malaikat-malaikat".
Unsur-unsur istiqamah mencakup:
1. Istiqamah iman
    Seorang muslim harus selalu menjaga imannya agar tidak terjerumus dalam kekufuran atau kemurtadan, untuk itu ia harus menjaga komitmennya terhadap ajaran Islam dan selalu memeliharanya, caranya adalah dengan melaksanakan ajaran islam sepanjang hidupnya, karena hidayah iman islam itu bisa hilang manakala tidak dijaga dengan baik.
    Iman Al-Ghazali mengatakan dalam bukunya 'Bidayatul Hidayah' bahwa: "Cara merawat hidayah yakni dengan selalu menunaikan ibadah secara utuh dan menyeluruh sepanjang hayat".

2. Istiqamah hati
    Yang menentukan lurusnya iman seseorang adalah hatinya. Karena hati adalah 'alat pengendali' yang akan menggerakkan seluruh amal dan aktivitas. Rasulullah Saw bersabda: "Ketahuilah bahwa di dalam tubuhmu ada segumpal daging, jika ia baik maka baik seluruh tubuhnya dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati". Oleh sebab itu setiap muslim harus menjaga hatinya agar tetap bersih dan cemerlang hingga mampu memberikan kekuatan yang handal untuk beramal shalih. Karena hati yang bersih tidak akan pernah puas untuk selalu beramal shalih sebanyak-banyaknya, sementara hati yang buta adalah sebaliknya, ia tidak akan pernah merasa puas dengan kemaksian yang diperbuatnya.

3. Istiqamah lisan
    Lisan seseorang merupakan cerminan dari hatinya, artinya bila hati dan iman seseorang terkondisikan dengan baik, terbina dan terpelihara, terutama dalam ibadah, niscaya akan melahirkan tutur kata yang baik, dan lembut. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam." (HR Bukhari, Muslim).

Orang muslim tentunya harus selalu menjaga sikap istiqamahnya dan dalam segala aspek kehidupan. Rasulullah Saw bersabda: "Tidak akan lurus iman seseorang sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seseorang sebelum lurus lisannya".

    

Monday, April 10, 2017

IMAN KEPADA HARI AKHIR

Hari akhir adalah hari dimana dunia menemui kehancurannya. Manusia pada saat itu tidak melakukan kegiatan apa-apa karena mereka sibuk mencari penyelamatan, tetapi mereka tidak mendapatkan perlindungan kecuali pembuktian amal perbuatan yang telah dilakukan di dunia.
Beriman kepada hari akhir adalah percaya akan adanya kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini. Iman kepada hari akhir merupakan pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap muslim, jadi orang yang tidak percaya kepada hari akhir, dia tidak termasuk golongan orang yang beriman.
Peristiwa terjadinya hari akhir banyak disebutkan di dalam Al-Quran, diantaranya:
1. Surat Al-Zalzalah 1-6
    "Apabila bumi diguncangkan dengan goncangan yang dasyat (1) Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya) (2) Dan manusia bertanya; mengapa bumi (jadi begini)? (3) Pada hari itu bumi menceritakan beritanya (4) Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya (5) Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka (6).
Allah menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat dapat diketahui, akan tetapi kapan datangnya hari tersebut tak seorangpun mengetahuinya, bahkan Rasulullah sendiri pun tidak mengetahui secara pasti tentang hal itu.
Allah berfirman dalam Qs Al-A'raf 187:
    "Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: Bilakah terjadinya? Katakanlah: Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu ada pada sisi Tuhanku. tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba".

2. Surat Al-Qariah 1-5
    "Hari kiamat (1) Apakah hari kiamat itu? (2) Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? (3) Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran (4) Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan (5)".
Peristiwa hancurnya alam dan seisinya diawali dengan tiupan terompet oleh malaikat Isrofil atas perintah Allah. Pada saat itu hancurlah dunia dengan segala isinya termasuk manusia.
Allah berfirman dalam Qs Az-Zumar 68 :
   "Dan dihembuskanlah terompet, maka robohlah apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi kecuali yang dikehendaki oleh Allah".

Kerusakan dan kemusnahan seluruh alam dengan segala isinya  bukan sesuatu yang mustahil dan bukan pula sesuatu yang menyimpang dari akal pikiran yang sehat. Allah telah menetapkan bahwa segala yang maujud (ada) pasti akan mengalami kerusakan dan kehancuran setelah melewati perputaran masa tertentu, kecuali Allah SWT sendiri. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Qashas 88: "Segala sesuatu pasti akan rusak dan musnah kecuali Allah SWT".

Kehidupan manusia pada waktu di dunia akan mendapat balasan, bagi mereka yang berbuat kebaikan dan suka beramal saleh akan ditempatkan di surga dan bagi mereka yang suka mengerjakan perbuatan buruk dan selalu menuju dosa akan mendapatkan balasan dari Allah dengan siksaan di dalam neraka.

Sebelum mereka menempati tempat yang sesuai dengan amal perbuatannya, lebih dahulu amal mereka dihisab, dan di sanalah pengadilan yang sejati. Allah mengadili mereka sesuai dengan catatan yang dibuat malaikat Raqib dan Atid, kemudian barulah menjatuhkan keputusan sesuai dengan amal perbuatan ketika di dunia. Pada hari itu tak seorang pun yang dapat membela kecuali amal yang telah dikerjakan sewaktu di dunia, semua anggota badan menjadi saksi atas amal perbuatannya. Manusia tidak dapat berdusta atau berbohong. Pada hari itu banyak orang yang menyesal karena mereka tidak banyak berbuat kebajikan ketika hidup di dunia.